Arti dan Filosofi Manunggaling Kawulo Gusti

Konten dari Pengguna
15 Desember 2021 19:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Manunggaling kawulo gusti. Sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Manunggaling kawulo gusti. Sumber: pixabay.com
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Jawa muslim pada zaman dulu, terdapat berbagai filosofi yang masih digunakan hingga sekarang ini. Salah satu filosofi tersebut adalah Manunggaling Kawulo Gusti. Kalimat sederhana dengan tiga kata tersebut memiliki arti dan filosofi yang sangat mendalam bagi masyarakat Jawa. Simak penjelasan artikel ini hingga akhir, ya.
ADVERTISEMENT

Arti dan Filosofi Manunggaling Kawulo Gusti

Manunggaling kawulo gusti. Sumber: pixabay.com
Menurut buku Manunggaling Kawula-Gusti: Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti karya Muhammad Sholikhin (2011), filosofi Manunggaling Kawulo Gusti memiliki filosofi bahwa bersatunya raja (pemimpin) dengan rakyatnya. Sedangkan Sri Sultan berpendapat bahwa filosofi yang dianut oleh Kasultanan dan masyarakat Yogyakarta itu adalah filosofi yang mempercayai bahwa hubungan pemimpin rakyatnya adalah hubungan yang simetris. Raja atau pemimpin membutuhkan rakyatnya. Demikian pula rakyat membutuhkan raja sebagai tempat pengayoman.
Selain itu, Sultar juga menuturkan bahwa filosofi Manunggaling Kawulo Gusti dalam bahasa modern sering disebut sebagai sistem demorkasi deliberative yang menekankan pentingnya musyawarah publik. Berbeda dengan demokrasi liberal yang selalu berpatokan pada suara terbanyak. Sistem demokrasi liberal ala Barat kerap kali dianggap koruptif dan menjadikan materi sebagai tujuan karena tidak diimbangi dengan kebijaksanaan.
ADVERTISEMENT
Dalam contoh Yogyakarta, kita telah membuktikan bahwa sistem demokrasi deliberatif lebih efekif untuk diterapkan dalam menjalankan pemerintahan. Yogyakarta menurut status keistimewaannya diakui oleh Sultan memang mendapatkan beberapa perlakukan yang berbeda dengan daerah lainnya.
Terkait dengan pengelolaan dan implementasi Dana Keistimewaan tidak harus berkoordinasi dengan semua kementerian teknis, tetapi cukup dengan beberapa kementerian saja seperti Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan.
Manunggaling kawulo gusti terjadi ketika kita telah mampu menyerahkan seluruh hidup untuk Tuhan. Jadi, kita mampu membiarkan Tuhan bekerja mengurus ciptaannya melalui diri kita menjadi salah satu instrumen Tuhan ketika mengurus alam semesta.
Demikian penjelasan seputar arti dan filosofi manunggaling kawulo gusti yang hingga kini masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Jawa. Semoga penjelasan tentang kawulo manunggaling gusti di atas dapat menambah pengetahuan Anda, khususnya bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya. (Anne)
ADVERTISEMENT