Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Bacaan Ayat Alkitab Lukas 10: 25–37 tentang Mengasihi Allah dan Sesama
26 Januari 2022 17:23 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa cerita Yesus di Alkitab yang paling dikenal merupakan “perumpamaan”, salah satunya adalah kisah orang Samaria yang murah hati (Lukas 10: 25–37). Dalam Perjanjian Baru, peribahasa atau pepatah yang populer sering disebut dengan perumpamaan (parabolê). Melalui bacaan Alkitab, umat Kristen dapat menemukan bahwa bahan pengajaran Yesus tidak hanya terdiri dari perumpamaan-perumpamaan saja, tetapi juga dari ucapan-ucapan seperti Metafora, tamsil, pepatah, alegori, atau teka-teki.
ADVERTISEMENT
Artikel kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai bacaan Alkitab Lukas 10: 25–37 sebagai bahan perenungan umat Kristen .
Bacaan Ayat Alkitab Lukas 10: 25–37 tentang Mengasihi Allah dan Sesama
Dikutip dari buku My Trip in Holy Land yang ditulis oleh Christina Wirasasti (2021: 158), Lukas 10: 25–47 menceritakan tentang kisah seorang Samaria yang baik hati. Pada kisah ini, terdapat seseorang dari Yerusalem menuju Yerikho. Ia dirampok dan ditinggal setengah mati di perjalanannya. Adapun perjalanan tersebut dapat dikatakan ekstrim karena hanya terdapat gurun pasir sangat kering dengan bukit berpasir berkurang (tebing curam vertikal).
Pada ayat Alkitab tersebut, cakrawala kemanusiaan dapat diungkapkan dengan jelas, yaitu bukan cakrawala ibadah dan juga bukan cakrawala keagamaan. Levi dan Imam adalah petugas-petugas ibadat, tetapi mereka tidak menaruh kasih kepada orang yang celaka akibat dirampok dan ditinggal setengah mati tersebut. Mereka tetap lanjut berjalan dan mengabaikan orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan orang Samaria yang pada saat itu diberi stigma sebagai orang-orang agamanya tidak murni (2 Raja-raja 17: 24–41), justru menjadi contoh unggul dalam mengasihi sesamanya. Dikutip dari buku Etika Relasi yang ditulis oleh Erwin Arianto Saragih (2019: 79), rasa belas kasih yang muncul dari orang Samaria diwujudkan dalam perbuatan nyata yang ia lakukan. Pada perumpamaan ini, Yesus menggunakan sampai ‘sembilan kata kerja aktif’ untuk memperlihatkan tindakan nyata orang Samaria tersebut, yaitu mendatangi, membalut luka, menyiram dengan minyak, menyiram dengan anggur, menaikkan ke atas keledai, membawa, merawat, membayar, dan berpesan.
Pekerjaan yang dilakukan orang Samaria penuh resiko karena ia sendiri bisa dirampok, dan pekerjaan tersebut butuh pengorbanan dan keberanian. Oleh karena itu, perumpamaan ini menunjukkan betapa pentingnya perbuatan nyata dalam mengasihi sesama. (CHL)
ADVERTISEMENT