Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Ciri-ciri dan Unsur Intrinsik Geguritan Bahasa Jawa
3 Maret 2022 18:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sama seperti karya sastra lainnya, puisi dalam bahasa Jawa atau geguritan juga mempunyai ciri-ciri dan unsur intrinsik geguritan yang membentuknya agar menjadi sebuah karya yang indah.
ADVERTISEMENT
Puisi atau geguritan bahasa Jawa merupakan jadi salah satu yang digemari terutama yang suka dengan karya sastra kedaerahan. Seperti kita tahu, puisi juga bisa dibuat dalam banyak bahasa mulai dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris hingga bahasa jawa.
Kata geguritan diambil dari kata “gurit” yang berarti tulisan atau kidung. Guritan sendiri memiliki arti seni sastra puisi memakai bahasa Jawa dan sering dilagukan memakai pupuh atau tembang merdu.
Geguritan bahasa Jawa sudah ada sejak lama yang dibuat pujangga sebagai sebuah bentuk sindiran untuk kolonial atau raja berkuasa. Sedangkan untuk pencipta atau penulis geguritan dinamakan dengan penggurit. Para penggurit memakai sastra bahasa Jawa tinggi serta bermajas.
Ciri-ciri dan Unsur Intrinsik Geguritan Bahasa Jawa
Ciri-ciri
ADVERTISEMENT
Unsur Intrinsik Geguritan Bahasa Jawa
Beberapa unsur intrinsik akan menjadi penentu dari hasil geguritan yang sudah dibuat. Melansir dari buku Geguritan Tradisional dalam Sastra Jawa, 2002, berikut adalah beberapa unsur intrinsik dalam geguritan bahasa Jawa:
Tema
Ini adalah unsur intrinsik yang harus ada di dalam geguritan. Tema menjadi unsur terpenting dan tentunya berpengaruh pada isi dari geguritan tersebut. Tema juga disebut dengan ide pokok yang diberikan pembuat untuk pembacanya.
Diksi
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah geguritan juga harus terdapat pilihan kata atau disebut dengan diksi. Kata yang ada dalam geguritan menjadi pokok untuk menyampaikan ide supaya bisa diterima memakai bahasa yang bagus. Diksi juga menjadi penting karena aturan guru wilangan, guru lagi dan juga guru gatra.
Gaya bahasa
Unsur intrinsik berikutnya dalam geguritan adalah gaya bahasa. Nantinya, gaya bahasa yang dipakai akan berpengaruh pada keindahan dari geguritan. Dengan menggunakan gaya bahasa yang tepat, maka bisa lebih mudah dipahami oleh pembacanya.
Citraan
Citraan yang juga sering disebut imajinasi juga menjadi intrinsik dalam sebuah geguritan. Ini dipakai untuk memberi gambaran yang nantinya dapat diraba indra. Dengan adanya citraan, maka ide yang mau disampaikan seolah hadir nyata untuk pembacanya.
ADVERTISEMENT
Latar
Latar juga masuk dalam intrinsik geguritan yang akan berpengaruh pada hasilnya. Latar dibedakan dalam beberapa jenis seperti menjelaskan lokasi kejadian, waktu kejadian serta suasana. Ketiga jenis latar ini sebaiknya dipakai dalam pembuatan geguritan bahasa Jawa.
Amanat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, geguritan digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan atau amanat.
Rima
Rima merupakan unsur intrinsik geguritan yang bisa memperindah hasil. Rima sendiri berbentuk pengulangan bunyi di awal, tengah serta akhir. Rima ini berguna untuk membantu pembaca menemukan irama dalam sebuah geguritan.
Enjambment
Unsur intrinsik ini juga harus ditambahkan dalam sebuah geguritan. Enjambment merupakan pemotongan kalimat, kata atau frase yang akan diakhiri dengan lirik. Tujuannya adalah untuk memberi penekanan di kata tertentu sekaligus menghubungkan ke bagian selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Perasaan
Ketika membuat geguritan, maka unsur dari perasaan harus dimasukkan. Ini merupakan sikap yang dimiliki penulis supaya bisa memberikan penekanan. Contohnya seperti senang, konsisten, kecewa, simpatik, sedih dan sebagainya. (DNR)