Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ciri-ciri Platyhelminthes: Klasifikasi, Struktur, dan Perannya
19 Maret 2022 21:06 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 27 Mei 2022 17:01 WIB
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terdapat beragam jenis hewan yang hidup di alam, tentu dengan bentuk dan ciri yang berbeda-beda, salah satunya Platyhelminthes. Ciri-ciri Platyhelminthes yang utama adalah bentuk tubuhnya yang pipih.
ADVERTISEMENT
Apa itu Platyhelminthes? Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu platy yang artinya "pipih" dan helminthes yang artinya "cacing". Oleh sebab itu, Platyhelminthes dikenal juga sebagai cacing pipih.
Untuk memahami lebih jelas mengenai Platyhelminthes, mulai dari ciri-ciri, klasifikasi, hingga peranannya dalam ekosistem, simak pembahasannya di bawah ini.
Ciri-Ciri Platyhelminthes
Hewan merupakan salah satu keanekaragaman makhluk hidup yang tinggal dalam suatu ekosistem. Setiap hewan memiliki bentuk dan ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan jenis hewan lain, salah satunya Platyhelminthes.
Mengutip Mikrobiologi-Parasitolog oleh Saldanis Ismail (2019: 37), Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang sering disebut cacing pipih. Mengapa Platyhelminthes dimasukkan ke dalam kelompok hewan triploblastik? Itu karena tubuhnya memiliki tiga lapisan sel tubuh, yaitu ektoderm (lapisan terluar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan terdalam).
ADVERTISEMENT
Platyhelminthes merupakan kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju dibandingkan Porifera dan Coelenterata. Cacing pipih ini bisa hidup bebas maupun hidup sebagai parasit yang merugikan makhluk hidup lain.
1. Struktur Tubuh
Bagaimana bentuk tubuh Platyhelminthes? Platyhelminthes memiliki bentuk tubuh simetris bilateral (sisi kanan dan kiri tubuhnya sama). Bagian ujung anterior (depan) tubuhnya berbentuk tumpul atau membulat, sedangkan ujung posterior (belakang) tubuhnya lancip.
Platyhelminthes termasuk hewan triploblastik aselomata, artinya hewan ini memiliki tiga lapisan tubuh yang meliputi ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tetapi tidak memiliki rongga tubuh (selom).
ADVERTISEMENT
2. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada cacing Platyhelminthes belum sempurna. Cacing ini sudah memiliki mulut, faring, dan usus, tetapi tidak memiliki anus. Selain itu, hewan ini memiliki saluran pencernaan yang bercabang-cabang dan berperan sebagai usus.
3. Sistem Saraf
Platyhelminthes memiliki sistem saraf (tangga tali) berupa dua ganglion atau sepasang simpul saraf pada ujung ventral tubuh.
4. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada Platyhelminthes terjadi secara seksual dan aseksual. Pada umumnya, hewan ini bersifat hermafrodit, yaitu dalam satu tubuh terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina.
Jadi, perkembangbiakan seksualnya dengan peleburan sel telur dan sperma. Sementara reproduksi aseksual terjadi dengan regenerasi tubuhnya. Jika tubuh cacing ini dipotong-potong, akan terbentuk kembali bagian tubuh yang hilang.
ADVERTISEMENT
5. Sistem Pernapasan
Platyhelminthes tidak memiliki organ pernapasan, melainkan pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh tubuhnya. Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.
Selain beberapa ciri di atas, Platyhelminthes juga memiliki ciri-ciri lain, seperti tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi) dan ekskresi. Hewan ini hidup dengan bebas, dapat hidup di air tawar atau laut, tempat lembap, atau di dalam tubuh hewan lain.
Lalu, Platyhelminthes makan apa? Sebagai hewan yang hidup bebas, Platyhelminthes memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya, seperti sisa organisme.
Klasifikasi Platyhelminthes dan Contohnya
Platyhelminthes dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita). Mengutip Cerdas Belajar Biologi untuk X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah oleh Oman Karmana (2007: 202-205), masing-masing jenis Platyhelminthes ini memiliki ciri-ciri yang berbeda sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
1. Kelas Turbellaria
Cacing pipih kelas ini hidup bebas di perairan dan menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya. Bentuk tubuhnya pipih seperti tongkat, memiliki dua mata, dan bersilia (berambut getar) dengan daya regenerasi tinggi.
Hewan ini hidup di air tawar yang jernih, air laut, atau tempat lembap, dan jarang sebagai parasit. Contohnya adalah planaria.
2. Kelas Trematoda
Cacing pipih kelas ini memiliki permukaan tubuh tertutup kutikula, tidak bersilia, dan mempunyai alat pengisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya.
Hewan ini hidup sebagai parasit pada tubuh manusia dan hewan. Contohnya adalah Fasciola hepatica (cacing hati) dan Clonorchis sinensis (cacing darah).
3. Kelas Cestoda
Cacing pipih kelas ini memiliki tubuh seperti pita bersegmen-segmen dan dapat melipat. Kulit tubuhnya dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang.
ADVERTISEMENT
Hewan ini tidak mempunyai mulut, anus, dan saluran pencernaan sehingga makanan diserap secara difusi melalui permukaan tubuhnya. Selain itu, cacing ini termasuk parasit pada hewan dan manusia. Contohnya adalah Taenia saginata (parasit pada sapi) dan Taenia solium (parasit dalam usus manusia).
Peranan Platyhelminthes dalam Ekosistem
Seperti makhluk hidup lainnya, Platyhelminthes juga memiliki peranan tersendiri dalam ekosistem kehidupan. Pada umumnya, cacing ini termasuk makhluk yang merugikan karena bersifat parasit pada manusia maupun hewan.
Namun, terdapat spesies Platyhelminthes yang tidak merugikan bagi hewan, yaitu planaria. Cacing planaria ini memiliki peranan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan.
Selain planaria, Platyhelminthes lainnya lebih banyak memberikan dampak kerugian bagi manusia dan hewan. Ketika manusia mengonsumsi cacing ini, manusia bisa mengalami infeksi cacing yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
ADVERTISEMENT
(DAP & SFR)