Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Contoh Teks Editorial Tema COVID-19, Simak di Sini!
24 Januari 2021 20:36 WIB
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kamu mencari contoh teks editorial yang topiknya sangat menarik, kamu bisa melihat teks editorial di sini tentang COVID-19 yang telah dirangkum agar mudah dipahami.
ADVERTISEMENT
Tapi, sebelum mengetahui contohnya, sebaiknya ketahui terlebih dahulu tentang teks editorial.
Apa itu teks editorial?
Namun, dalam membuat teks editorial tidak boleh sembarangan. Harus disertai dengan data atau fakta, bukan hanya sekedar argument semata tanpa bukti. Tujuan teks editorial yaitu mengajak pembaca untuk berpikir tentang isu yang sedang hangat dibicarakan atau terjadi di kehidupan sekitar dan memberikan sebuah pandangan atau opini pada pembaca tentang sebuah isu yang sedang berkembang.
Nah, teks editorial tentang COVID-19 ini menjadi salah satu topik yang hangat diperbincangkan banyak orang. Berikut contoh teks editorial tema COVID-19.
ADVERTISEMENT
Contoh Teks Editorial Tentang Vaksin Corona
Contoh ini merupakan ditorial tentang vaksinasi COVID-19 yang diambil dari Kumparan News (23/01/2021) yang berjudul “Ahli: Imunitas Baru Terbentuk Penuh di Hari ke-28 Setelah Disuntik Vaksin Corona”.
(Pengenalan Isu)
Proses vaksinasi COVID-19 di Indonesia telah berlangsung selama lebih dari sepekan. Di tengah pelaksanaannya, ada sejumlah orang yang diumumkan positif corona setelah menerima vaksin corona Sinovac.
Sebut saja, misalnya, Bupati Sleman Sri Purnomo yang positif corona namun tanpa gejala.
(Penyampaian Fakta)
Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan, mengungkapkan seseorang yang sudah disuntikkan vaksin corona memang masih memungkinkan positif COVID-19.
"Risiko terjangkit COVID-19 ini akan tetap ada setelah diberikan vaksin, namun risikonya akan jauh lebih rendah. Dan kalau pun terjangkit, gejala klinisnya akan ringan," jelas Erlina dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Kemenkes, Sabtu (23/1).
ADVERTISEMENT
Erlina mengambil contoh proses pembentukan antibodi dari seseorang yang disuntikkan vaksin corona, seperti Sinovac hingga Pfizer.
Ia menjelaskan, seseorang yang menerima vaksin corona dosis pertama baru akan mulai terbentuk imunitasnya pada hari ke-12.
Kemudian, orang tersebut akan menerima vaksin dosis keduanya 3 pekan setelah suntikan pertama.
"Hari ke-21, [terima] dosis vaksin kedua lalu dicek ulang antibodinya maka akan dikatakan tercapai antibodi dengan imunitas yang penuh, yakni pada hari ke-28," tutur Erlina.
(Penegasan Ulang)
Berdasarkan proses pembentukan antibodi tersebut, Erlina menilai seseorang masih bisa terpapar COVID-19 bahkan setelah divaksin. Kemungkinan itu bisa terjadi jika saat hari penyuntikan, orang tersebut sedang dalam masa inkubasi.
"Bisa saja terdapat seseorang yang saat dilakukan vaksinasi sudah terinfeksi sebelum disuntik. Atau terpapar dalam masa inkubasi, tapi tidak kita ketahui, maka kemudian divaksin setelah beberapa hari akan muncul gejala sehingga saat diperiksa positif," ucap Erlina.
ADVERTISEMENT
"Tetapi, sebetulnya ini bukan karena vaksin. Tetapi karena memang sudah terpapar sebelumnya atau masa inkubasi pada saat vaksinasi," lanjut dia.
Ia pun memastikan jika positif corona setelah disuntikkan vaksin, maka tidak akan mengalami sakit yang parah. Erlina juga mengingatkan bahwa vaksinasi tidak akan menjamin 100 persen kebal dari paparan virus corona.
"Kalaupun sudah divaksin, masih ada kemungkinan terjangkit juga maka protokol kesehatan jangan dilupakan," tutup Erlina.
Nah, itu dia contoh teks editorial tema COVID-19. Semoga dapat membantu pemahaman kamu ya!
(RDY)