Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cultural Lag: Pengertian, Konsep, dan Permasalahannya
16 November 2021 8:26 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu mendengar istilah cultural lag? Kalau pernah, apakah kamu memahami apa itu cultural lag? Simak pengertian dan penjelasan selengkapnya di bawah ini, yah.
ADVERTISEMENT
Pengertian Cultural Lag
Dilansir dari buku Sosiologi SMP/MTs Kls IX (KTSP), Mulat Wigati Abdullah, (2008:54), cultural lag alias kesenjangan budaya atau ketimpangan budaya adalah keadaan yang tidak seimbang di antara masyarakat, karena pertumbuhan budaya yang kecepatannya tidak selalu sama.
Ada bagian budaya berkembang dengan cepat, tetapi ada pula yang sedang, dan bahkan lambat.
Selain di dalam kehidupan sehari-hari, kesenjangan budaya umumnya akan dialami seseorang yang beradaptasi di lingkungan baru. Cepat atau lambatnya dan dampak yang ditimbulkan tergantung sikap masyarakat setempat.
Konsep Budaya
Berdasarkan konsepnya, budaya terbagi menjadi 2, yakni:
Budaya material mencakup setiap hal dengan keberadaan fisik yang diciptakan oleh manusia sendiri.
Budaya non-material mencakup norma, nilai-nilai, dan sikap kelompok tanpa keberadaan material.
ADVERTISEMENT
Baik budaya material maupun non-material sama-sama membantu untuk membentuk budaya. Hal itu menandakan gaya hidup dan kreativitas masyarakat di suatu kelompok. Keduanya memiliki hubunhan yang kuat untuk membentuk budaya dan bisa berubah seiring berjalannya waktu.
Bentuk Permasalahan Cultural Lag
Berikut ini adalah beberapa contoh dari permasalah cultural lag:
Masyarakat desa belum terbiasa untuk menggunakan teknologi informasi, seperti komputer dan smartphone. Sekalipun mereka bisa, maka penggunannya masih belum optimal, karena digunakan sebatas untuk bertukar informasi melalui SMS atau telepon. Karena mayoritas masyarakat desa menghidupi diri dan keluarga dengan bercocok tanam, maka kebutuhan akan teknologi informasi belum dirasa penting.
Berbeda dengan masyarakat kota yang telah terbiasa menggunakan berbagai teknologi informasi, seperti laptop dan smartphone untuk menunjang aktivitas sehari-hari, bahkan untuk mencari nafkah. Karena itu,
ADVERTISEMENT
masyarakat kota mampu memperoleh informasi teraktual. Penguasaan teknologi informasi kini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat kota.
Masyarakat desa masih amat memegang teguh nilai keluhuran, keagamaan dan budaya yang diturunkan ke setiap generasi. Mereka masih mengutamakan kebersamaan dan kegotongroyongan serta cenderung sulit untuk menerima hal-hal baru.
Berbeda dengan masyarakat kota yang umumnya individualistik, hedonis, mengutamakan kehidupan duniawi, dan amat terbuka terhadap perubahan.
Jika masyarakat desa pindah ke kota, maka akan tampak kesenjangan budaya antara dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Begitu pula sebaliknya. Itulah yang disebut dengan cultural lag.(BRP)