Kerajaan Banten dan Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Tonggak Kejayaannya

Konten dari Pengguna
3 Desember 2020 9:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Masjid Banten Lama, Foto: Dok. Rappard
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Masjid Banten Lama, Foto: Dok. Rappard
ADVERTISEMENT
Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Berlokasi di Jawa Barat, wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Banten. Berdiri sejak abad ke-16, Kerajaan Banten dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Sunda yang bercorak Hindu lho.
ADVERTISEMENT
Didirikan oleh Sunan Gunung Jati, wilayah Banten sebagai sebuah kesultanan memang sangat menarik bagi para pedagang. Bagaimana tidak? Banten memiliki sebuah pelabuhan yang sangat populer di masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1650 M.
Ketika membahas tentang Kerajaan Banten, memang tidak luput dari bahasan mengenai Sultan Ageng Tirtayasa. Lantas, siapa sebenarnya Sultan Ageng Tirtayasa? Simak biografinya di bawah ini ya!

Biografi Sultan Ageng Tirtayasa yang Sempat Membawa Kerajaan Banten di Puncak Kejayaan

Lukisan Sultan Ageng Tirtayasa, Foto: Dok. Kumparan
Sultan Ageng Tirtayasa yang sejak kecil bergelar sebagai Pangeran Surya ini merupakan pemimpin Kerajaan Banten ke-6 setelah Sultan Hasanuddin wafat. Pria yang lahir di tahun 1631 ini merupakan putra dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yang merupakan Sultan Banten periode 1940 – 1950 dan Ratu Martakusuma.
ADVERTISEMENT
Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta di usianya yang masih sangat belia, yakni 20 tahun. Ia diangkat menjadi Sultan Banten ke-6 setelah kakeknya wafat pada tanggal 10 Maret 1651 dengan gelar Sultan Abu Al-Fath Abdulfattah.
Semasa kepemimpinannya, Kerajaan Banten berhasil menduduki puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun sistem pertanian dan irigasi serta menyusun armada perangnya. Konon, keberhasilannya ini tak luput dari upayanya membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia, seperti Makassar, Cirebon, dan juga Bangka.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten juga dikenal sebagai salah satu pelabuhan dagang yang menarik minat para pedagang Nusantara, Asia maupun Eropa. Kepopuleran tersebut ternyata juga menarik VOC untuk menguasai Banten.
Ambisinya menguasai Banten membuatnya melakukan Devide et Impera atau dikenal sebagai politik adu domba. Strategi ini dilancarkan setelah VOC mendapatkan celah Sultan Ageng Tirtayasa melalui Sultan Haji, putra mahkotanya.
ADVERTISEMENT
Mereka menghasut Sultan Haji untuk merebut takhta sang ayah. Kekhawatirannya akan tidak mendapatkan takhta sang ayah membuat ia bertindak nekat. Sultan Haji akhirnya membuat perjanjian dengan VOC untuk menyingkirkan sang ayah. Hingga akhirnya kekuasaan Kerajaan Banten berakhir pada tahun 1683.
(RYFA)