Kisah Nabi Musa dan Gunung Sinai

Konten dari Pengguna
31 Maret 2021 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Sinai. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Sinai. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Gunung Sinai adalah gunung di mana Nabi Musa mendapatkan Sepuluh Perintah Allah dan dalam Kitab Keluaran pasal 19-40 terdapat kisah tentang umat Israel ketika tiba di Gunung Sinai. Umat Israel menyaksikan sebuah teofani (penampakan ilahi), di mana YHWH secara langsung berkomunikasi kepada mereka sepuluh prinsip (Sebuah Perintah) yang menjadi tumpuan bagi masa depan bangsa Israel.
ADVERTISEMENT
Menurut Marthin Steven Limungkewas, Yahweh digambarkan sebagai pahlawan gagah berani dan kejam yang mengalahkan kekuatan Mesir ketika Ia menenggelamkan pasukan Firaun ke dalam laut.
Allah memperkenalkan diri sebagai “ehyeh aser ehyeh” artinya “AKU ADALAH AKU”, dan Yahweh merupakan gelar (appellation) atau julukan (epitet) dari Allah Israel itu sendiri. (buku El dan Yahweh, Marthin Steven Lumingkewas, 2017)

Kisah Nabi Musa dan Perjanjian Gunung Sinai

Setelah umat Israel dibebaskan dari perbudakan di Mesir dengan perantaraan Nabi Musa, Allah membuat perjanjian dengan umat Israel di Gunung Sinai Ia berjanji akan selalu menjaga dan mengikuti umat Israel pilihannya sampai ke tanah perjanjian, dan sampai selama-lamanya.
Gunung Sinai (Horeb) disebut juga dengan gunung Allah, dimana Allah memberikan hukum, ketetapan, peraturan, dan perintah.
ADVERTISEMENT
Perjanjian di Gunung Sinai menjadi dasar utama bagi umat Israel, namun sebenarnya perjanjian ini berkesinambungan dengan semua perjanjian Allah yang lebih awal, yaitu dengan Nuh (Kej. 6:18), Abraham (Kej. 15 dan 17), bahkan tersirat dengan perjanjian Adam dan Hawa.
Umat Israel memandang perjanjian di Gunung Sinai sebagai dasar kehidupan beragama dan sosial. Perjanjian di Gunung Sinai adalah yang diikat oleh Allah terhadap Israel, dan mengikat bukan kepada seorang saja (Musa), melainkan kepada suatu umat (Israel).
Dengan perjanjian Gunung Sinai, Allah dan umat Israel saling mengikat diri, sehingga Tuhan adalah Allah Israel, dan Israel adalah umat Tuhan.
Dalam Hosea 8:1, teritori yang dimiliki Israel wajib mengakui Yahweh sebagai pemberi tanah dan Israel sebagai penerimanya, sehingga Israel harus mengakui Yahweh sebagai satu-satunya Allah penguasa sekaligus pemberi kesuburan (hidup) bagi Israel.
ADVERTISEMENT
Israel harus mengupayakan dan mengusahakan tanah yang sudah diberikan Allah, sebab perjanjian di Gunung Sinai yang dibuat Yahweh ternyata memiliki sederat pasal penghukuman bagi yang melanggar.
(Adelliarosa)