news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908 yang Memilukan

Konten dari Pengguna
9 Juli 2021 8:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908, Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908, Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Kedatangan bangsa Belanda yang semula bertujuan untuk membeli rempah-rempah berujung pada imperialisme dan kolonialisme yang menyiksa rakyat Nusantara. Hal itu membuat kondisi bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 sangat memilukan.
ADVERTISEMENT
Selain mengeksploitasi masyarakat Nusantara dengan kebijakan tanam paksa, Belanda juga memaksa untuk membeli produk-produk pribumi dengan harga yang teramat murah, sehingga menambah kesengsaraan rakyat pribumi.

Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908

Kapal Dagang VOC, Foto: Freepik
Dilansir dari buku Sejarah Perjuangan Indonesia, Armelia F, (2020:11-18), inilah kondisi bangsa Indonesia sebelum tahun 1908:
Setelah mengalahkan sejumlah kerajaan yang ada di Tanah Nusantara dengan politik adu domba, kekuasaan Belanda pun semakin meluas.
VOC mengeksploitasi masyarakat Indonesia dengan kebijakan tanam paksa, sehingga para pribumi harus menanam tanaman ekspor alias cash crops, seperti: gula dan kopi.
Karena lahannya digunakan untuk cash crops, maka rakyat pribumi tidak bisa menanam padi dan perlahan-lahan jadi kelaparan.
Pihak Belanda juga memaksa rakyat untuk membeli produk-produk itu dengan harga yang terlampau murah, sehingga menyengsarakan seluruh rakyat pribumi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Belanda juga membentuk kebijakan pelayaran Hongi di Indonesia Timur untuk mengontrol harga dan laju produksi rempah rempah. Belanda pun perlahan-lahan menghancurkan lahan produksi rempah yang tidak menjual kepada Belanda. Tak hanya menyengsarakan pribumi, kapal-kapal asing selain kapal Belanda bahkan juga ditangkap.
Sejak itu, perdagangan rempah di Indonesia pun dimonopoli oleh pihak Belanda yang membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga mahal di Eropa. Kebijakan ini juga menghilangkan kompetisi para pedagang Inggris dan Portugis yang berdagang di Ternate dan Tidore.
Untuk membangun infrastruktur perdagangan dan pertahanan Hindia Belanda, Belanda juga membangun jalan raya Anyer-Panarukan dengan sistem kerja rodi. Para pribumi dipaksa kerja dengan beban yang sangat tinggi tanpa imbalan yang manusiawi, sehingga menelan banyak korban kelaparan atau bahkan korban jiwa yang disiksa terlalu parah oleh Belanda demi memotivasi para pekerja lainnya.
ADVERTISEMENT
Eksploitasi besar-besaran perlahan-lahan itu membuat banyak politisi Belanda yang merasa iba terhadap rakyat Indonesia. Akhirnya mereka mendirikan sekolah-sekolah untuk mencerdaskan rakyat pribumi, meskipun di dalam praktiknya tetap saja terdapat beberapa penyelewengan.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak rakyat pribumi yang cerdas, sehingga pada tahun 1908 terbentuklah Budi Utomo sebagai salah satu organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia yang tidak kedaerahan. Sejak itulah, seluruh rakyat di Indonesia bersatu untuk melawan penjajah Belanda dan berhasil merebut kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kondisi bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 sangat penuh penderitaan dan kesengsaraan.(BRP)