Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Kumpulan Pitutur Jowo yang Sarat Akan Makna Kehidupan
10 Desember 2021 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat suku Jawa dalam menjalani kehidupan memiliki sebuah prinsip yaitu menjaga budaya yang diturunkan dari nenek moyang. Salah satu budaya yang masih dijaga hingga sekarang dalam menjalani kehidupannya yang bersumber dari Pitutur Jowo.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Belajar Bijak ala Orang Jawa karya Asti Musman (2019), Pitutur berasal dari kata serat-serat atau kumpulan nasihat yang dibukunan seperti Serat Kalathida, Serat Wulangreh, dan banyak lagi. Secara umum serat-serat yang diciptakan para Pujangga besar seperti R. Ngabehi Ranggawarsita, R Ngabehi Yusadipura II, dan Sultan Agung ditulis sekitar tahun 1700-an.
Piturut Jowo lebih menekankan pada pengendalian diri. Selain itu Pitutur Jowo memiliki kesan bahwa kehidupan masyarakat Jawa terlalu berhati-hati atau alon-alon asal waton kelakon, sehingga masyarakat Jawa dianggap memiliki sikap klelat-klelet atau beraktivitas tanpa gairah. Padahal sikap ini justru menunjukkan bahwa kewaspadaan menjadi patokan dalam setiap langkah ke depan.
Kumpulan Pitutur Jowo yang Sarat Akan Makna Kehidupan
1. Bibit, bebet, bobot
ADVERTISEMENT
(Menilai kualitas secara detail dengan dasar asal mjuasaal, peranan, dan kiprah yang telah dibuat)
2. Ana catur mangkur
(Adu mulu pertentangangan, percekcokan sebisa mungkin untuk dihindari agar senantiasa menyelesaikan masalah secara bijak)
3. Dhuwur wekasane, endhek wiwitane
(Kesengsaraan atau konflik menyebabkan kerusakan atau perpecahan)
4. Bener saka kang Kuwasa iku ana rang warna, yakuwi kang cocok karo benering Pangeran lan bener kang ora cocok karo benering Panageran
(Kebenaran yang ada terdiri dari dua jenis, yaitu kebenaran yang selaras dengan ajaran Tuhan dan kebenaran yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Ketika kebenran selaras dengan tuntunan atau ajaran tuhan daan saalah ketika bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Tuhan)
5. Manungsa mung ngunduh wohing pakerti
ADVERTISEMENT
(Kehidupan manusia yang baik dan buruk akibat dari perbuatan manusia itu sendiri)
6. Aja dadi wong sing rumangsa bisa lan rumangsa pintar. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa
(Jangan menjadi orang yang merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa)
7. Nek wes ono sukurno, nek durung teko entenono, nek wes lunga lalekno, nek ilang ikhlasno
(Jika sudah ada disyukur, jika belum memiliki nantikan saja, jika sudah pergi lupakan saja, jika hilang ikhlaskanlah)
8. Wong sabar rejekine jembar, ngalah urip luwih berkah
(Orang sabar rezekinya luas, mengalah menjadi hidup lebih berkah)
9. Sepi ing pamrih, rame ing gawe, banter tan mbancangi, dhuwur tan nungkuli
ADVERTISEMENT
(Bekerja keras tanpa memandang pamrih, cepat tanpa harus mendahului, tinggi tanpa harus melebihi)
10. Netas, nitis, netes
(Dari Tuhan kita ada, bersama Tuhan kita hidup, dan bersatu dengan Tuhan kita kembali)
Itulah kumpulan Pitutur Jowo yang sarat akan makna kehidupan. Walaupun sudah ada sejak zaman dahulu, namun nilai-nilai budaya kehidupan yang diberikan masih bisa dirasakan sampai sekarang. (MZM)