Konten dari Pengguna

Makna Peringatan Waisak dalam Agama Buddha

16 Mei 2022 7:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 16 Februari 2023 21:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penjelasan mengenai makna Waisak dalam agama Buddha, sumber foto oleh Suraphat Nuea-on dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penjelasan mengenai makna Waisak dalam agama Buddha, sumber foto oleh Suraphat Nuea-on dari Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari Waisak merupakan salah satu hari penting bagi umat Buddha di seluruh dunia, meskipun nama Hari Waisak berbeda-beda tiap negara. Di India Hari Waisak dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima. Sedangkan di Tibet namanya adalah Saga Dawa, di Malaysia dan Singapura disebut Vesak, sedangkan di Thailand disebut dengan Visakha Bucha.
ADVERTISEMENT
Namun makna peringatan Hari Waisak di seluruh dunia memiliki makna yang sama. Bagi yang belum mengetahui mengenai makna Hari Waisak, berikut adalah penjelasan mengenai makna Waisak dalam agama Buddha.

Makna Waisak

Ilustrasi penjelasan mengenai makna Waisak dalam agama Buddha, sumber foto oleh Aleksandar Pasaric dari Pexels
Dikutip dari buku Candrajiwa Indonesia karya Budhi Setianti Purwowiyoto, (2020: 228) dalam ajaran Buddha perayaan Waisak adalah salah satu perayaan yang diperingati karena tiga peristiwa penting yang disebut dengan Tri Suci Waisak.
Tri Suci Waisak terdiri dari kelahiran Buddha, Buddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Bodhi. Dan peristiwa ketiga adalah wafanya Buddha atau parinibbana. Peristiwa pertama adalah kelahiran Buddha atau pangeran Sidharta. Pangeran Sidharta adalah seorang putra dari Raja yang bernama Raja Sudodhana dan seorang Permaisuri yang bernama Ratu Mahamaya.
ADVERTISEMENT
Peristiwa kedua yang diperingati dan menjadi salah satu makna dalam Waisak adalah Buddha mencapai penerangan sempurna. Di mana pada usia 29 tahun pangeran Sidharta pergi meninggalkan istana dan anak istrinya untuk menuju ke hutan kebebasan. Ada empat peristiwa yang dilihat oleh Pangeran Sidharta yaitu lahir, tua, sakit, dan yang terakhir adalah mati. Kemudian pada saat Pangeran Sidharta berusia 35 tahun pada saat bulan purnama di bulan Waisak Panggeran Sidharta mencapai penerangan sempurnakan atau menjadi sang Buddha.
Peristiwa yang ketiga adalah Parinibbana yaitu setelah 45 tahun sang Buddha menyebarkan Dhamma akhirnya pada usia 80 tahun Pangeran Sidharta wafat di Kusinara. Semua makhluk dan para Dewa serta anggota Sangha semua bersujud sebagai tanda penghormatan terakhirnya kepada Sang Buddha.
ADVERTISEMENT
Jadi makna dari Hari Waisak adalah ketiga peristiwa tersebut, untuk memperingati Hari Waisak biasanya umat Buddha datang ke Vihara melakukan puja bhakti atau berdoa untuk mengingat kembali ajaran sang Buddha. Selain itu umat Buddha juga berlomba-lomba dalam berbagi kebaikan. (WWN)