Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Fathul Muin sebagai Kitab Fikih Populer di Kalangan Pesantren
18 Maret 2022 17:21 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi seorang santri yang belajar di lingkungan pesantren , pasti sudah tidak asing lagi dengan fathul muin, yang merupakan kitab fikih yang sering menjebak dan membingungkan pada santri. Untuk memudahkan Anda memahami kitab ini, yuk kita belajar bersama tentang kitab fikih yang menjadi urutan kedua bagi santri yang ingin mempelajari kitab klasik mazhab Syafi’i.
ADVERTISEMENT
Mengenal Fathul Muin sebagai Kitab Fikih Populer di Kalangan Pesantren
Fathul muin merupakan satu kitab klasik karya Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari. Beliau merupakan seorang ulama yang berasal dari India.
Dari segi penulisan, kitab fathul muin memiliki keunikan. Bahkan banyak santri yang mengatakan bahwa kitab ini cukup sulit dipelajari. Hal ini disebabkan oleh penempatan rujukan satu kata ganti (dhomir).
Misalnya saja pada halaman ke-4 disuguhkan dengan pembahasan tentang pengertian syarat dan syarat pertama yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan shalat. Namun, pembahasan akhir dari syarat shalat berakhir pada halaman ke-15.
Hal ini bukan tanpa alasan. Semisal syarat sahnya shalat adalah suci dari hadats dan najis, maka pembahasan berkaitan dengan thaharah. Maka dari itu, diterangkan juga tentang thaharah dengan perinciannya. Seperti tata cara, hal-hal yang membatalkan, kesunahan, hingga kasus-kasus yang menjadi topik yang perlu diketahui tentang thaharah.
ADVERTISEMENT
Karena itu, kitab fathul muin tidaklah sistematis. Sebab seseorang yang membacanya diajak untuk berpikir tentang khasanah ilmu agama Islam klasik.
Selain itu, terdapat istilah yang bernama tanbihun (peringatan) dan faidah (manfaat) dalam kitab fathul muin. Tanhibun merupakan merupakan suatu peringatan seolah-olah memberi tahu kepada pembacanya bahwa terdapat catatan yang penting untuk diketahui. Misalnya diperbolehkan tidak melaksanakan shalat berjamaah karena adanya uzur syariah.
Istilah terakhir dalam kitab fathul muin adalah tatimmah (penyempurna) atau muhimmah (penting). Ini merupakan sebuah kebiasaan Syekh Zainuddin ketika mengakhiri sebuah pembahasan dengan penyempurnaan.
Demikian penjelasan tentang kitab fathul muin karya Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari yang menjadi kitab fikih yang sering membingungkan para santri. Perlu diingat, artikel ini hanya sebatas informasi secara sepintas. Tetap saja, Anda harus mempelajari kitab fathul muin secara mendalam. (MZM)
ADVERTISEMENT