Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Lebih Dekat Karapan Sapi sebagai Tradisi dari Madura
25 Agustus 2021 15:02 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karapan sapi atau yang sering juga disebut dengan kerapan sapi adalah kebudayaan orang Madura yang sudah ada sejak dahulu. Di Madura tidak hanya hewan peliharaan sapi yang diadu cepat, tetapi juga kerbau seperti yang terdapat di Pulau Kangean. Adu cepat kerbau itu disebut “mamajir”.
ADVERTISEMENT
Sapi yang dilombakan pada karapan sapi tersebut biasanya dikendarai oleh seorang joki yang disebut tukang tongko. Tukang tongko tersebut berdiri di atas “kaleles” yang ditarik oleh sapi atau kerbau pacuan.
Sejarah dan Awal Mula Karapan Sapi
Karapan sapi adalah bentuk lain dari pengucapan kerapan sapi. Arti dari kerapan adalah adu pacu sapi memakai kaleles. Kerapan diartikan sebagai adu/pacuan sapi karena pacuan binatang lain seperti kerbau tidak disebut kerapan, tetapi mamajir.
Kerapan berasal dari kata Kerap atau Kirap yang artinya berangkat dan dilepas bersama-sama atau berbondong-bondong. Tapi ada anggapan lain yang menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti persahabatan.
Awal mula munculnya tradisi karapan sapi di Madura dianggap sejalan dengan kondisi tanah pertanian yang luas di Madura. Tanah-tanah pertanian tersebut memang biasanya dikerjakan dengan bantuan binatang-binatang peliharaan seperti sapi dan kerbau.
ADVERTISEMENT
Karapan sapi diduga sudah ada di Madura sejak abad ke 14. Kala itu ada seorang kyai bernama Kyai Pratanu yang memanfaatkan karapan sapi sebagai sarana untuk mengadakan dakwah agama Islam. Lantaran itulah ajaran-ajarannya yang filosofis dihubungkan dengan posisi sapi kanan (panglowar) dan sapi kiri (pangdalem) yang harus berjalan seimbang agar jalannya tetap “lurus”, agar manusia pun dapat berjalan lurus.
Namun, ada juga sejarah lain yang mengatakan bahwa pada abad ke-14 Panembahan Wlingi memegang pemerintahan di Sapudi. Ia banyak berjasa dalam menanamkan cara-cara berternak sapi yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya, Adi Poday. Sang putra mengembara ke Madura dan menerapkan pengalaman yang pernah didapatkannya dari sang ayah di bidang pertanian di Pulau Sapudi.
ADVERTISEMENT
Pertanian Madura menjadi maju pesat, maka dalam menggarap lahan itu para petani seringkali berlomba-lomba untuk menyelesaikan perkerjaannya. Kesibukan berlomba-lomba untuk menyelesaikan pekerjaan itu akhirnya menimbulkan semacam olahraga atau lomba adu cepat yang disebut karapan sapi.
Jenis-jenis Karapan Sapi
Ada beberapa macam karapan sapi yang digolongkan berdasarkan klasifikasi jenis dan kategori peserta karapan tersebut. Berikut jenis-jenis karapan sapi yang sudah umum dikenal masyarakat.
Kerap Keni’ (Kerapan Kecil)
Kerapan jenis diadakan pada tingkat kecamatan atau kewedanaan. Jarak tempuh karapan hanya 110 meter. Yang diutamakan adalah kecepatan dan lurusnya jalan si sapi. Kerap keni umumnya diikuti oleh sapi-sapi kecil dan pemenangnya merupakan peserta untuk mengikuti kerap raja.
Kerap Rajha (Kerapan Besar)
ADVERTISEMENT
Kerap Onjhangan (Kerapan Undangan)
Kerapan undangan adalah pacuan khusus yang diikuti oleh peserta yang diundang baik dari dalam kabupaten maupun luar kabupaten. Biasanya diadakan bila ada acara peringatan hari-hari tertentu.
Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)
Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesdenan diadakan di kota Pamekasan pada hari Minggu, dan merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.
Kerap Jhar-ajharan (kerapan latihan)
Kerapan latihan bisa diadakan pada setiap hari dengan keinginan pemilik atau pelatih sapi-kerap itu. Pesertanya adalah sapi lokal.
Persyaratan Sapi untuk Peserta Karapan Sapi
Persyaratan utama dari karapn sapi adalah sapinya harus kuat dan diberi makanan yang cukup. Sudah serinf dilatih lari, dipertandingkan dan juga diiringi dengan musik saronen.
ADVERTISEMENT
Menurut cerita yang beredar, ada beberapa pemilik sapi yang menggunakan mantra-mantra serta sajian tertentu untuk memperkuat sapinya.
Ada 3 macam sapi yang biasa dipakai untuk karapan, yaitu:
Dilansir dari buku Asal Mula Karapan Sapi di Madura, Yuliadi Soekardi (2006), pеralatan yang penting dan harus ada pada karapan sapi уaіtu kaleles dan pangonong, 'pangangguy dan rarenggan' (рakaіan dan perhiasan), serta 'rokong' (alat untuk mengejutkan sapi agar bеrlarі серat).
Tidak kеtіnggalan pula 'saronen', yang merupakan perangkat instrumen untuk mengiringi karapan sapi. Perangkatnya tеrdіrі dari saronen, gendang, kenong, kempul, krесеk dan gong. (DNR)
ADVERTISEMENT