Mengenal Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Konten dari Pengguna
30 Agustus 2021 13:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id/Nurman Sahid dan dok. Bambang Budi Utomo.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id/Nurman Sahid dan dok. Bambang Budi Utomo.
ADVERTISEMENT
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar pada era kerajaan Hundu-Buddha di Nusantara. Menurut buku Peradaban Nusantara oleh Tri Prasetyono S.Pd (2008: 27), Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke 7 dan menjadi pusat ilmu pengetahuan agama Budha Mahayana di wilayah Asia Tenggara. Salah seorang pendeta dan mahaguru di Sriwijaya yang terkenal adalah Sakyakitri. Selain sebagai pusat agama Budha, Sriwijaya juga terkenal sebagai kerajaan yang unggul di bidang maritim.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Sejarah oleh Tugiyono (2004: 24), pada sekitar 672 M, pendeta I-Tsing dalam perjalanannya dari Kanton menuju India, singgah di Sriwijaya selama 6 bulan untuk memperdalam bahasa Sansekerta. Kemudian singgah di Mo-lo-yu (Melayu) selama 2 bulan. I-Tsing singgah di Mo-lo-yu kedua kalinya pada 692 M dan mencatat bahwa Mo-lo-yu telah menjadi negeri Sriwijaya. Berita I-Tsing dapat dikaitkan dengan berbagai temuan peninggalan sejarah berupa prasasti tentang perkembangan Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini adalah penjelasan mengenai prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang mencatat peristiwa-peristiwa penting di Kerajaan Sriwijaya berdasarkan buku Sejarah oleh Tugiyono (2004: 24-26).
Prasasti tertua yang ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang (dekat Palembang). Prasasti ini terdiri dari 10 baris, berangka tahun 605 Saka (683 M) dan menyebut nama Sriwijaya, isinya:
ADVERTISEMENT
"Ada seorang yang bernama dapunta hyang, yang dikatakan berangkat dari Minanga Tamwan naik perahu dengan membawa tentara. Ia datang dari Matayap dan akhirnya membangun kota yang diberi nama Sriwijaya, setelah berhasil menaklukkan beberapa daerah."
Prasasti ini ditemukan di Talang Tuo, sebelah barat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M) dan berisi 14 baris. Isi dari prasasti tersebut adalah: Pembuatan taman Sri-Ksetra oleh Punta Hyang Sri Jayanagara untuk kemakmuran semua makhluk. Doa dan harapan yang terdapat di dalam prasasti ini jelas menunjukkan sifat agama Budha.
Prasasti ini ditemukan di Telaga Batu (dekat Palembang) dan tidak berangka tahun. Isinya tentang kutukan yang sangat seram terhadap siapa saja yang melakukan tindakan kejahatan dan tidak taat atau tidak tunduk pada perintah-perintah raja.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan mengenai ketiga prasasti sejarah tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Sriwijaya awalnya tidak terlatak di Palembang. Dapunta Hyang memulai perjalanannya dari Minanga Tamwan, datang di Matayap (Melayu atau Jambi), kemudian mendirikan kota yang diberi nama Sriwijaya. Setahun kemudian, raja Sriwijaya membangun sebuah taman yang dihadiahkan kepada rakyat di sekitar Palembang.
Keadaan tersebut disesuaikan dengan berita dari I-Tsing tentang letak Sriwijaya di daerah Khatulistiwa. Diperkuat dengan penemuan bangunan stupa di daerah Muara Takus yang diperkirakan berasal dari abad ke 7. Pelambang menjadi penting dalam sejarah terutama sebagai pusat ziarah agama Budha.
Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi berasal dari Kota Kapur (Pulau Bangka) dan Karang Brahi (Jambi Hulu). Kedua prasasti tersebut sama bunyinya, hanya dalam Prasasti Kota Kapur tidak dijumpai kalimat terakhir seperti yang dimuat dalam Prasasti Karang Brahi.
ADVERTISEMENT
Kedua prasasti ini berangka tahun 608 Saka (686 M) dan isinya tentang permintaan kepada para dewa yang menjaga Kerajaan Sriwijaya untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat dan mendurhakai kekuasaan Sriwijaya; juga untuk menjamin keselamatan mereka yang taat dan setia. Dalam Prasasti Kota Kapur juga disebut bahwa bhumi Jawa tidak mau tunduk kepada Sriwijaya.
Dari dua prasasti tersebut dapat diketahui bahwa Sriwijaya berhasil menaklukkan daerah Jambi Hulu (Malayu) yang sesuai dengan berita I-Tsing bahwa pada 692 M, Malayu telah menjadi wilayah Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini ditemukan di Palas Pasemah, Lampung Selatan. Prasasti ini isinya sama dengan Prasasti Karang Berahi dan sebagian Prasasti Kota Kapur. Disebutkan pula didudukinya daerah Lampung Selatan oleh Kerajaan Sriwijaya pada awal abad ke 7.
sumber foto: https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/
ADVERTISEMENT
Di Ligor ditemukan sebuah prasasti yang bertulisan pada dua sisinya. Prasasti ini berangka tahun 775 M. Tulisan pada sisi belakang dikeluarkan oleh Raja Sriwijaya, disebut seorang raja bernama Wisnu dari keluarga Sailendra. Raja ini dipuja sama dengan Raja Sanggramadhananjaya, seperti yang dijumpai dalam Prasasti Kelurak (Jawa Tengah).
Kerajaan Sriwijaya mendirikan pangkalan di Semenanjung Malaya di daerah Ligor pada 775 M. Raja yang memerintah waktu itu adalah Dharmasetu. Ia membangun sejumlah bangunan suci untuk agama Budha.
Di Nalanda ditemukan prasasti yang tidak berangka tahun dan dikeluarkan oleh Raja Dewapaladewa dari Benggala. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta. Raja Dewapaladewa adalah pengganti Raja Dharmapala dan meninggal kira-kira 878 M. Prasasti Nalanda diperkirakan berasal dari tahun 860 M, isinya:
ADVERTISEMENT
Tentang permintaan Raja Balaputra dari Suwarnadhipa kepada Raja Dewapaladewa untuk mendirikan vihara di Nalanda. Dikatakan bahwa Balaputra adalah cucu raja di Jawa yang menjadi "mustika Keluarga Sailendra" bernama Sri Wirawairimathana dan anak dari Samaragrawira, lahir dari Dewi Tara, putri Raja Darmasetu. Samaragrawira dapat diidentifikasi sebagai Samaratungga yang memerintah di Mataram Kuno sekitar 824 Saka (902 M).
Sejarah Dinasti Sung dari Cina mencatat, raja Sriwijaya yang memerintah pada 960 M adalah Si-li-Hu-ta-hsia-li-tan, lafal dari Sri Udayadityawarman. Antara 971-980 beberapa kali utusan kerajaan Sriwijaya datang ke Cina.(IND)