Konten dari Pengguna

Mengenal Tari Bedhaya Ketawang, Tarian Sakral Keraton

28 September 2021 14:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tari Bedhaya Ketawang. (Foto: https://flickr.com)
zoom-in-whitePerbesar
Tari Bedhaya Ketawang. (Foto: https://flickr.com)
ADVERTISEMENT
Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, dan seni tari adalah salah satu bagian dari kesenian. Seni tari merupakan keindahan gerak anggota-anggota badan yang bergerak sesuai dengan irama musik yang tersusun secara harmonis.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki aneka macam karya seni, salah satunya adalah seni tari. Di Indonesia, seni tari merupakan salah satu kekayaan budaya yang dikagumi oleh negara lain. Oleh karena itu, keberadaan seni tari di Indonesia harus dilestarikan dan dijaga dengan baik.
Salah satu seni tari yang paling melekat pada masyarakat Jawa adalah tari Bedhaya Ketawang. Nah, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai tari Bedhaya Ketawang, tarian sakral keraton.

Mengenal Tarian Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang. (Foto: https://flickr.com)
Dikutip dari buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara yang ditulis oleh Arina Restian (2017: 258), tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian yang berasal dari keraton Surakarta Hadiningrat yang dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwono II (1726–1749) dan diteruskan oleh generasi berikutnya. Keraton Surakarta ini terletak di kampung Sala, ketika Sunan pindah ke Sala namanya diganti menjadi Surakarta Hadiningrat pada tahun 1745.
ADVERTISEMENT
Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian sakral yang suci bagi masyarakat dan Kasunanan Surakarta. Di antara sekian banyak tari di keraton atau istana Surakarta, tari Bedhaya Ketawang dianggap paling tinggi derajatnya, karena tari Bedhaya Ketawang merupakan induk dari tari-tari bedhaya lainnya.
Nama tari Bedhaya Ketawang sendiri diambil dari kata bedhaya yang artinya adalah penari wanita di istana dan ketawang yang artinya langit, identik dengan sesuatu yang tinggi, serta kemuliaan dan keluhuran. Tari Bedhaya Ketawang berawal ketika Sultan Agung memerintah kesultanan Mataram pada tahun 1613–1645. Pada saat itu, Sultan Agung melakukan ritual semedi namun ia mendengar suara senandung dari arah langit. Ia pun terkesima dan menciptakan tarian yang musiknya sesuai dengan senandung yang ia dengarkan. Tarian itu kemudian diberi nama Bedhaya Ketawang, yang menggambarkan tentang suatu hubungan asmara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja mataram pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Sebagai tarian yang sakral, tari Bedhaya Ketawang memiliki syarat yang harus dipenuhi oleh setiap penarinya, yaitu harus gadis suci dan tidak sedang haid atau menstruasi. Semoga informasi ini bermanfaat! (CHL)