Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Tari Gambyong, Tarian Klasik dari Surakarta
23 Maret 2021 19:51 WIB
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terkenal akan kebudayaannya yang beraneka ragam, ada berbagai seni tari atau tarian khas daerah di Indonesia, salah satunya adalah Tari Gambyong. Tarian klasik yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah ini dipertunjukkan untuk menyambut tamu.
ADVERTISEMENT
Tari Gambyong terdiri dari bermacam-macam koreografi, yang paling terkenal adalah Gambyong Pareanom dan Gambong Pangkur dengan beberapa variasi. Meskipun banyak macamnya, tarian ini memiliki dasar gerakan yang sama, yakni gerakan tarian tayub/tlèdhèk. Meskipun awalnya diciptakan untuk penari tunggal, namun sekarang tarian ini lebih sering dipertunjukkan oleh beberapa penari dengan tambahan unsur blocking panggung, sehingga melibatkan garis dan berbagai gerakan besar.
Sejarah Tari Gambyong dari Surakarta
Dilansir dari situs dpad.jogjaprov.go.id, kitab Serat Centhini yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwono IV (1788-1820) dan Pakubuwono V (1820-1823) menceritakan gambyong sebagai tarian tlèdhèk. Kemudian pada masa pemerintahan Pakubuwono IX (1861-1893), seorang koreografer asli Surakarta bernama K.R.M.T. Wreksadiningrat menghaluskan tarian rakyat ini supaya pantas dipertunjukkan di kalangan para priyayi. Menurut Nyi Bei Mardusari, seniwati yang juga selir Sri Mangkunegara VII (1916-1944), tarian ini sering ditampilkan di hadapan para tamu di lingkungan Istana Mangkunegaran.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1950, Nyi Bei Mintoraras, seorang pelatih tari dari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII, menciptakan versi gambyong yang dibakukan serta dikenal sebagai Gambyong Pareanom. Untuk pertama kalinya, koreografi ini dipertunjukkan di dalam upacara pernikahan Gusti Nurul, saudara perempuan Mangkunegara VIII, tahun 1951. Tarian ini digemari masyarakat, hingga memunculkan berbagai versi lainnya yang dikembangkan menjadi konsumsi masyarakat luas.
Penggunaan
Sebelum pihak Pura Mangkunegaran Surakarta menata ulang dan membakukan struktur gerakannya, tarian ini adalah tarian rakyat dan dipentaskan di dalam upacara ritual pertanian. Hal itu bertujuan untuk memperoleh kesuburan padi dan panen yang melimpah. Dewi Padi alias Dewi Sri digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari. Setelah dipentaskan di hadapan kaum priyai, kini tarian gambyong bahkan telah digunakan untuk memeriahkan resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kenegaraan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Demikianlah ulasan mengenai Tari Gambyong dari Surakarta. Menarik untuk dicoba, bukan? (BR)