Konten dari Pengguna

Menilik Fungsi Waruga dalam Kebudayaan Suku Minahasa

17 Juni 2021 17:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemakaman yang terbuat ari batu. https://www.freepik.com/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemakaman yang terbuat ari batu. https://www.freepik.com/
ADVERTISEMENT
Indonesia dikenal memiliki banyak suku dan bahasa. Kekayaan suku dan budaya berakibat pada banyaknya juga adat istiadat. Dikutip dari buku yang berjudul Hukum Adat dan Perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Adat Istijab (2020: 6), “adat merupakan pencerminan dari kepribadian suatu individu, masyarakat, dan bangsa yang merupakansalah satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Sementara adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosia; yang sejak lama telah ada tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, merupakan tradisi, dalm masyarakat bumiputera/Inddonesia asli bermaksud mengatur tata tertib masyarakat. Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki adat yang unik, salah satunya yang ditunjukkan oleh warga suku Minahasa yang bernama Waruga.
Ilustrasi pemakaman. https://www.freepik.com/

Menilik Fungsi Waruga dalam Kebudayaan Suku Minahasa

Secara singkat Waruga adalah makam kuno warga Minahasa yang terbuat dai dua batu berbentuk segitiga. Pada awalnya waruga digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian.
Namun saat ini Waruga dijadikan objek wisata dan kebudayaan. Kata waruga berasal dari kata waru yang berarti rumah dan ruga yang memiliki badan.
Waruga terbuat dari batu yang tebagi atas dan bawah. Bagian atas membentuk segitiga yang lebih menyerupai rumah dan bagian bawah berbentuk layaknya peti mati.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi tempat makam. https://www.freepik.com/
Fungsi dari Waruga adalah sebagi tempat penguburan dan pelaksanaan ritual masa lalu yang masih menganut animisme dan dinamisme. Ornamen yang berada pada tiap Waruga memiliki makna pengusir roh jahat, simbol kemakmuran atau pekerjaan jenazah.
Jenazah diletakkan dengan posisik duduk, tumit di kaki menempel ke pantat, kepala mencium lutut layaknya bayi dalam rahim dan posisinya menghadap ke utara.
Pada tahun 1860 kebiasaan ini dilarang oleh Belanda. Karena pada zaman dahulu sedang terjadi wabah pes, tipus dan kolera yang ditakutkan rembesaan dari celah kotak Waruga membawa penyakit.
Guna melindungi dan menjaga kelestarian waruga maka sejak tahun 1976 mulai dilakukan penataan, yang hasilnya pada tahun 1978 telah menjadi satu lokasi tempat waruga yang di beri nama Taman Waruga Sawangan.
ADVERTISEMENT
Di samping pengaturan peletakan juga ditanam tanaman hias dan dibuat jalan setapak untuk memudahkan akses pengunjung. Sekarang Waruga digunakan sebagai wisata pendidikan dan kebudayaan dan sebagai cagar budaya.
(MZM)