Konten dari Pengguna

Pengertian Agnostik dan Perbedaannya dengan Ateis

16 Maret 2021 12:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: pexels
zoom-in-whitePerbesar
sumber: pexels
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai kepercayaan seseorang, kita kerap mendengar agnostik dan ateisme dari beberapa orang. Sering dianggap sama, sebenarnya agnostik memiliki perbedaan dasar yang membedakan agnostic dengan ateis. Agnostik berasal dari bahasa Yunani Kuno ἀ (a) yang berarti "tanpa" dan γνῶσις (gnosis) yang berarti "pengetahuan". R. S. Sharma dalam Encyclopedia International mengemukakan pendapatnya tentang agnostisisme: pandangan skeptis terhadap agama yang merujuk pada sikap dan ajaran bahwa keberadaan Tuhan tidak bisa diketahui atau dibuktikan.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan agnostik, ateis merupakan tindakan yang mana kamu tidak menganggap Tuhan ada dan tidak mendasarkan tingkah laku atas perintahnya. Pada dasarnya definisi ateisme sangat beragam, seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan dan agama karena tidak dapat dibuktikan secara empiris atau nyata keberadaannya. Ateis lebih berimplikasi pada sikap dan tindakan seseorang.

Pengertian Agnostik dan Perbedaannya dengan Ateis

Dikutip dari jurnal yang berjudul Atheis dan Agnostik dalam Perspektif Agama Islam, Ashriyah, Saadatul (2019), seseorang yang agnostik tidak menyangkal keberadaan Tuhan secara mutlak. Agnostisisme menganggap keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat dinalar oleh akal manusia. Oleh karena itu keberadaan Tuhan tidak dapat diketahui dengan cara apapun. Sedangkan ateisme menyangkal sama sekali keberadaan Tuhan karena tidak dapat dibuktikan secara empiris maupun logis keberadaan-Nya.
ADVERTISEMENT
Disimpulkan, pengertian Agnostik dapat dikatakan tidak berani atau ragu akan keberadaan Tuhan, sedangkan ateisme menolak sekali bukti keberadaan Tuhan dengan alasan tidak logis.
Agama merupakan kepercayaan dan praktik yang mengatur tentang cara hidup, lahir-batin. Kepercayaan setiap individu dalam meyakini suatu aliran kepercayaan merupakan hak prerogratif masing-masing individu. Perjalanan spiritual setiap individu beda-beda sehingga aliran kepercayaan dan keimanan Tuhan yang dipunya berbeda-beda. Kepercayaan individu juga diwariskan dari orang tua kepada anak-anak hingga mereka dewasa. Namun pada beberapa individu ada usia di mana mereka beralih keyakinan, bahkan mungkin keyakinan yang mereka punya tidak berafiliasi dengan agama apapun di dunia: menjadi ateis dan agnostik. (CL)