Permainan Panjat Pinang: Sejarah, Filosofi, dan Keunikannya
Konten dari Pengguna
27 Agustus 2021 9:08 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Aplikasi Strategi Bisnis untuk Pemula UMKM dan Mahasiswa oleh Kusmulyono & Agustiawan (2020), panjat pinang termasuk salah satu lomba bergengsi yang dilakukan secara berkelompok. Keseruan yang dihadirkan dalam perlombaan ini kerap mengundang decak tawa, keterkerjutan dan berbagai ekspresi unik, baik dari penonton maupun dari peserta lomba.
Namun, di masa pandemi ini, kita harus menahan diri untuk tidak mengadakan berbagai macam lomba kemerdekaan yang dapat mengundang kerumunan. Oleh karena itu, sebaiknya kita mempelajari sejarah, filosofi dan keunikan panjat pinang melalui artikel ini.
ADVERTISEMENT
Sejarah Permainan Panjat Pinang
Jika menilik sejarah, permainan panjat pinang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Lomba ini umumnya diadakan untuk memperingati berbagai acara penting, contohnya setiap tanggal 31 Agustus yang merupakan perayaan hari ulang tahun Ratu Wilhemina
Permainan panjat pinang terdiri dari dua regu yang yang dimainkan oleh beberapa laki-laki. Setiap regu harus berlomba-lomba untuk mencapai puncak pohon pinang lebih dulu. Siapa yang sampai di atas lebih dulu, maka regu tersebut adalah pemenangnya.
Namun, memanjat pinang tersebut tidak mudah karena sebelumnya telah diberi pelican berupa oli, lem atau minyak. Agar dapat menaiki batang pinang, maka setiap regu harus bekerjasama.
Hadiah yang terpasang di atas pohon pinang cukup beragam, mulai dari harga yang murah hingga yang mahal. Hadiah yang terpasang puncak pohon pinang mampu menjadi motivasi tersendiri bagi setiap regu.
ADVERTISEMENT
Filosofi Permainan Panjat Pinang
Permainan panjat pinang mengandung filosofi yang mendalam karena masih berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan. Batang pohon pinang yang licin mencerminkan perjuangan dan pengorbanan bangsa Indonesia yang begitu besar. Sedangkan para peserta yang bergotong royong untuk sampai dipuncak pohon pinang hingga memperoleh hadiah menyiratkan bahwa ada banyak rintangan yang harus dihadapi rakyat Indonesia untuk merdeka.
Konon, melihat rakyat miskin yang bersusah payah menggapai hadiah yang tergantung di atas batang pinang menjadi hiburan bahkan lelucon tersendiri bagi para penjajah. Karena pada masa itu bahan pangan sulit didapat, maka hadiah yang diperebutkan adalah bahan pangan pokok seperti roti, beras, gula, tepung dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
(DLA)