Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Profil RA Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia
21 April 2021 9:51 WIB
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tanggal 21 April seluruh rakyat Indonesia memperingati hari kelahiran RA Kartini, sang pejuang emansipasi wanita Indonesia. Untuk mengenalnya lebih dalam, simak profil RA Kartini di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Profil RA Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia
Berikut adalah profil Raden Ajeng Kartini yang dilansir dari buku Realizing the Dream of R.A. Kartini, Ohio University Press (2008:4-10).
Lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, RA Kartini hidup di dalam keluarga bangsawan Jawa. Itulah yang membuat dirinya memperoleh gelar RA yang merupakan singkatan dari Raden Ajeng. Setelah menikah, sesuai tuntunan adat Jawa, gelarnya pun berubah menjadi Raden Ayu, tetapi masih dengan singkatan yang sama, yaitu RA.
Pejuang emansipasi wanita ini merupakan putri pertama dari istri pertama dari Raden Adipati Ario Sosroningrat. Ayah dari RA Kartini, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat adalah putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV. Meskipun ibu RA Kartini yang bernama MA Ngasirah merupakan istri yang pertama, namun ibunya bukanlah istri yang utama.
ADVERTISEMENT
MA Ngasirah merupakan putri dari seorang Kiyai di Telukawur, Surabaya. Pada masa itu, ada peraturan bahwa seorang bupati wajib menikahi sesama keturunan bangsawan. Karena MA Ngasirah bukan keturunan bangsawan, maka RM Adipati Ario Sosroningrat harus menikahi wanita lain yang merupakan keturunan bangsawan, yaitu Raden Ajeng Woerjan. Karena itu juga, sebelum menikah, RA Kartini yang merupakan anak ke-5 hidup bersama 10 saudara/i kandung dan tirinya.
RA Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School) sampai usia 12 tahun. Di sekolah itulah beliau belajar Bahasa Belanda. Selain memperoleh ilmu, beliau juga memperoleh banyak teman, salah satunya adalah Rosa Abendanon yang sangat mendukungnya.
Beliau belajar surat-menyurat dengan para wanita di Eropa dan mulai tertarik dengan pola pikir mereka. Selain lewat surat, beliau juga mempelajari hal itu dari surat kabar, majalah, dan berbagai buku.
ADVERTISEMENT
Sejak itulah RA Kartini mulai memperhatikan masalah emansipasi wanita di Indonesia. Menurutnya, wanita harus memperoleh kebebasan, otonomi, dan kesetaraan hukum yang sejajar dengan pria.
Setelah menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, RA Kartini melahirkan anak pertama yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Empat hari setelah itu, RA Kartini wafat di usia 24 tahun dan dikebumikan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang.
Sebelum kematiannya, sang suami sangat mengerti dan mendukung keinginan RA Kartini untuk memajukan wanita Indonesia. Beliau bahkan mendukung RA Kartini untuk mendirikan sekolah wanita di sisi timur dari pintu gerbang perkantoran Rembang, yang kini sudah menjadi Gedung Pramuka. Berkat perjuangannya yang sangat menginspirasi itu, pada tahun 1912 Yayasan Kartini di Semarang mendirikan sekolah wanita yang dinamakan Sekolah Kartini.
ADVERTISEMENT
Demikianlah profil RA Kartini, sang pejuang emansipasi wanita Indonesia. Selamat Hari Kartini! (BR)