Konten dari Pengguna

Sapardi Djoko Damono Karya Puisinya Membuat Orang Merenung

26 November 2020 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sapardi Djoko Damono Foto: dok.Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sapardi Djoko Damono Foto: dok.Kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan besar Indonesia yang telah meninggal dunia pada bulan Juli 2020 kemarin. Beberapa karyanya antara lain, Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2000), dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Melalui karya-karyanya, Sapardi juga banyak mendapat penghargaan-penghargaan besar baik dari dalam maupun luar negeri. Di sisi lain, awal karir menulis Sapardi dimulai dari bangku sekolah.
Saat masih di sekolah menengah, karya-karyanya sudah sering dimuat di majalah. Kesukaannya menulis semakin berkembang saat kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dalam tulisan-tulisannya, Sapardi sering meluncurkan puisi-puisi indah. Tentu banyak puisi karyanya yang mempunyai tempat tersendiri di hati para penggemarnya.

Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono Ini, Bikin Kamu Merenung

Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
ADVERTISEMENT
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
Hanya
Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
Hujan Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
ADVERTISEMENT
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Ketiga puisi Sapardi Djoko Damono tersebut sangat familiar di telinga terlebih bagi kamu pecinta karya seni puisi dan sastra. Selamat menikmati dan selamat merenung.
(RN)