Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia dan Perkembangannya

Konten dari Pengguna
13 April 2021 9:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Masuknya Islam. (Foto: https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Masuknya Islam. (Foto: https://pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia tidak terjadi dalam satu waktu, melainkan berproses dan berlangsung selama berabad-abad. Menurut kajian ilmiah populer, masuknya Islam diawali oleh para pedagang Gujarat, Arab dan Persia.
ADVERTISEMENT
Terkait waktunya, para sejarawan berbeda pendapat. Ada yang berargumen Islam telah datang ke Indonesia sejak abad ke 7 atau 8 Masehi. Sebab di periode tersebut sudah terdapat perkampungan Islam di sekitar selat Malaka.
Untuk mendapat pemahaman yang lebih mendalam, yuk ketahui sejarah masuknya Islam ke Indonesia berikut ini:

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Umat muslim memadati Masjid Raya Baiturrahman untuk melaksanakan ibadah salat Idul Fitri 1442 Hijriah di Banda Aceh, Aceh, Kamis (13/5/2021). Foto: Irwansyah Putra/ANTARA FOTO
Dikutip dari buku Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme yang ditulis oleh Ahmad Fakhri Hutauruk (2020: 1), sejarah masuknya Islam ke Indonesia sedikit berbeda dengan masuknya Islam di negara lain.
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dan mubaligh secara damai, sedangkan masuknya Islam ke negara lain pada umumnya melalui penaklukan. Seperti pada negara Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara sampai Andalusia.
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal Islamisasi Nusantara: Analisis Terhadap Diskursus Para Sejarawan oleh Husaini Husda (2016), menurut Hasan Mu’arif Ambary, proses Islamisasi di Indonesia dikategorikan dalam tiga fase.
Yaitu fase kehadiran para pedagang Muslim (terjadi pada abad ke-7 sampai ke-11 Masehi), fase terbentuknya kerajaan Islam (berlangsung antara abad 13 M-16 M), dan fase pelembagaan Islam.
Sampai saat ini belum ada kejelasan yang pasti mengenai sejarah kapan dan dari mana Islam masuk ke Nusantara. Namun, terdapat beberapa teori yang menjelaskan perihal waktu kedatangan, negeri asal yang membawa, dan pihak yang membawa agama Islam ke Indonesia.
Berikut adalah penjabarannya:
1. Teori Gujarat (Dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnappel)
Ilustrasi berlayar di laut dengan perahu layar. Foto: Mariamichelle via Pixabay
Teori ini beranggapan bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati Selat Malaka. Adanya kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 mempelopori sejarah masuknya Islam ke Nusantara.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 1 yang dirilis Kemdikbud (2015: 42), peneliti asal Belanda Pijnappel berargumen orang-orang Arab bermazhab Syafi’i bermigrasi dan menetap di wilayah Gujarat dan Malabar untuk menyebarkan agama Islam.
Kemudian orang India yang telah memeluk Islam inilah yang membawa ajaran Islam ke Nusantara. Teori ini juga didukung oleh Snouck Hurgronje.
Pada abad tersebut Islam telah banyak tersebar di kota pelabuhan India. Orang India pula yang menjadi perantara perdagangan antara Nusantara dengan Timur Tengah.
Teori ini diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297. Seorang peneliti bernama Moquette mengulik fakta menarik bahwa bentuk batu nisan di Pasai khususnya yang bertanggal 17 Dzu Al-Hijjah 831 H mirip dengan nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Dua nisan tersebut sama-sama bercorak Gujarat.
ADVERTISEMENT
2. Teori Mekkah (Didukung oleh para tokoh, seperti Van Leur, Anthony H. Johns, T. W. Arnold, dan Buya Hamka)
Penjagaan imam/khatib salat Jumat di Masjidil Haram (28/5/2021). Foto: Dok. gph.gov.sa
Teori ini beranggapan bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dibawa langsung oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Hal ini terjadi pada abad ke-7.
Mengutip buku Sejarah Indonesia Paket C SMA/MA: Islam Nusantara oleh Im Sodiawati dan Ahmad Abdul Ghofur (2017), menurut T.W Arnold pada sekitar abad ke 7-8 Masehi para pedagang Arab telah mendominasi perdagangan Barat-Timur.
Sehingga sangat mungkin apabila saat itu mereka telah berada di Nusantara untuk menyebarkan agama Islam. Teori Mekkah diperkuat dengan adanya perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah.
ADVERTISEMENT
Sejawaran terkenal Tanah Air, Buya Hamka turut mendukung teori ini. Menurut beliau gelar raja Samudera Pasai sama dengan gelar raja di Arab, yaitu Al-Malik, sedangkan di India para penguasa bergelar Khan.
Argumen penguat lainnya disampaikan Crawfurd. Menurutnya Islam di Indonesia memiliki persamaan mazab dengan yang ada di Mekah, yaitu Syafi’i.
Dalam buku Ilmu politik Islam: Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang karya H Zainal Abidin Ahmad (1979), pada tahun 651 M kekhalifahan Utsman bin Affan memerintahkan pengiriman utusannya Muawiyah bin Abu Sufyan ke Jawa, tepatnya Kalingga. Hasil kunjungan tersebut adalah Raja Jay Sima, putra Ratu Sima masuk Islam.
3. Teori Persia (Dikemukakan oleh Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat)
Ilustrasi berdoa di dalam Masjid. Foto: REUTERS/Jorge Silva
Teori ini beranggapan bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia adalah melalui para pedagang yang berasal dari Persia. Bukti yang memperkuatnya adalah ditemukannya pengaruh Persia dalam kehidupan masyarakat sejak abad ke-11. Salah satunya adalah bahasa.
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia karya Fauziah Nasution (2020), kata-kata Bahasa Arab yang berakhiran huruf “ta” misalnya pada kata marbuthah ketika berhenti dibaca “h”. Ini menjadi indikasi bahwa bahasa Arab yang digunakan tidak langsung dari Arab, tapi dari Persia.
Selain itu ajaran yang marak pada awal sejarah masuknya Islam ke Nusantara di abad ke-13 adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Teori ini diperkuat dengan adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia, antara lain:
ADVERTISEMENT
Seorang tokoh bernama Mueas menyebut bahwa kata “Pasai” itu sebenarnya berasal dari kata “Persia”. Teori Persia juga diperkuat dengan catatan sejarah dari Ibnu Battutah. Bahwa ketika ia mengunjungi Aceh, terdapat dua ulama yang berasal dari Persia yaitu Tadjuddin al-Syirani dan Sayyid Syarif Al-Ashbahani.
4. Teori China (Dikemukakan oleh Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby)
Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya Foto: Shutter Stock
Teori ini beranggapan bahwa sejarah masuknya Islam ke Nusantara adalah melalui perantara masyarakat Muslim China. Teori China diperkuat dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama kali menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
Sementara itu menurut Sumanto Al Qurtuby, pada abad ke-9 banyak muslim China di Kanton yang mengungsi ke Jawa. Saat itu terjadi penumpasan penduduk Muslim China oleh Huan Chou. Selain itu terdapat kesamaan mazhab yang ada di Nusantara dengan yang dianut oleh Muslim China, yaitu mazhab Syafi’i.
ADVERTISEMENT
5. Teori Turki
Masjid Taksim yang baru dibangun terlihat di Taksim Square sesaat sebelum diresmikan di pusat Istanbul, Turki, Jumat (28/5). Foto: Dilara Senkaya/Reuters
Dibanding empat teori yang telah disebutkan, anggapan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Turki tidak cukup terkenal. Menurut Martin van Bruinessan, selain dari orang Arab dan China, masyarakat Nusantara juga menerima ajaran Islam dari orang-orang Kurdi dari Turki.
Bukti yang melandasi teori ini adalah:

Saluran Islamisasi di Indonesia

Umat muslim melakukan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1440 H di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Rabu (5/6). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Para pedagang dan imam-imam Sufi memiliki andil besar dalam membumikan ajaran Islam di Nusantara. Berikut ini adalah penjelasan proses Islamisasi di Indonesia secara umum:
Ilustrasi perdagangan, suasana Pelabuhan Sunda Kelapa Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Pada abad 7-16 M, kepulauan Nusantara sudah menjadi kawasan perdagangan Internasional yang dikunjungi banyak pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu banyak sejarawan yang berspekulasi bahwa pada masa-masa awal, golongan yang menyebarkan Islam adalah para pedagang. Saluran Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan niaga.
Ilustrasi akad nikah di KUA saat pandemi corona. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Secara ekonomi, para pegadang memiliki status sosial yang lebih baik daripada pribumi kebanyakan. Tidak heran jika para penduduk berminat untuk menjadi isteri para saudagar.
Mengutip dari jurnal Kajian Proses Islamisasi di Indonesia karya Latifa Dalimunthe, perkawinan yang terjadi antara seorang Muslim dengan wanita pribumi melahirkan komunitas Islam.
Apalagi jika perkawinan terjadi antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau Raja. Setelah mereka memiliki keturunan, komunitas Muslim semakin luas. Akhirnya timbul daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan Islam.
Sejumlah santri bercengkrama di Masjid Pondok Pesantren Nuu Waar. Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Islamisasi melalui pendidikan tidak lepas dari peran para pengembara sufi dan tokoh agama. Penyebaran Islam melalui pendidikan awalnya terjadi secara informal di lingkungan keluarga, kemudian berkembang di surau, masjid, pesantren, dan akhirnya masuk di rumah para bangsawan.
ADVERTISEMENT
Dakwah Islam melalui pendidikan di Jawa dilakukan oleh Wali Songo. Mereka mendirikan pesantren untuk mendidik santri tentang agama Islam. Setelah lulus, para santri diharap pulang ke kampung halaman masing-masing untuk menyebarkan Islam.
Tari Sufi, Turki. Foto: Shutter Stock
Menurut Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara (2019), penyebaran Islam banyak mengandalkan peran imam-imam Sufi yang cakap dalam hal kebatinan. Mereka bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan mengisinya kembali dengan ajaran yang lebih Islami
Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan ke penduduk pribumi mempunyai kesamaan dengan kepercayaan mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu. Dengan demikian ajaran Islam mudah dimengerti dan diterima.
Ilustrasi wayang kulit. Foto: Faisal Rahman/kumparan
Para pendakwah memanfaatkan kebudayaan yang telah ada sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Dengan cara ini, masyarakat bisa lebih tertarik dan mudah memahami ajaran yang kala itu masih relatif asing.
ADVERTISEMENT
Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai media dakwah. Beliau juga menyisipkan ajaran Islam dalam kisah Mahabharata.
Sementara itu Sunan Bonang menciptakan tembang "Tombo Ati”. Lagu tersebut berisi petunjuk bagaimana cara seorang Muslim mendapatkan kedamaian dan ketenangan spiritual.
Sekian ulasan lengkap sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan perkembangannya yang perlu diketahui oleh umat Muslim di Indonesia. Semoga bermanfaat! (CL)
ADVERTISEMENT