Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Tugu Tani sebagai Simbol Kepahlawanan di Jakarta
19 Mei 2022 18:46 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak masyarakat Jakarta yang tidak mengetahui mengenai sejarah Tugu Tani. Patung kepahlawanan ini merupakan salah satu patung yang berada di Jakarta Pusat. Patung ini sendiri sebenarnya dibangun berdasarkan ide dari Soekarno. Meski melambangkan kepahlawanan namun patung ini sempat menuai kontroversi, pasalnya dianggap sebagai simbol komunisme. Pada artikel kali ini akan kita bahas mengenai sejarah tugu tani sebagai simbol kepahlawanan di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sejarah Tugu Tani sebagai Simbol Kepahlawanan di Jakarta
Dikutip dari buku Ngubek-Ngubek Jakarte karya Cai, (2014) disebutkan bahwa asal usul atau sejarah dari patung Tugu Tani dimulai ketika Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri Sarwo Edhie Wibowo, meminta Gubernur Jakarta Soemarno Sosroatmodjo yang kala itu memimpin Jakarta untuk merakit patung yang telah menjadi ikon kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Namun menurut Mantan Panglima RPKAD patung yang dibuat tersebut yang berupa seorang petani yang membawa senapan dan sebuah pistol tidak melambangkan perjuangan petani Indonesia, selain itu patung tersebut dinilai mirip dengan PKI.
Namun beberapa pihak menyangkal bahwa patung tersebut merupakan representatif dari PKI. Pasalnya patung tersebut dibuat dan direncanakan jauh sebelum peristiwa G30SPKI mencuat ke permukaan. Pendapat tersebut disampaikan oleh Adam Malik, di mana menurutnya gagasan pembuatan patung Tugu Tani sudah muncul sejak Soekarno berkunjung ke Uni Soviet pada tahun 1960.
ADVERTISEMENT
Salah satu bagian menarik dari patung Tugu Tani adalah ada sebuah prasasti yang berisi pesan sarat makna dari Soekarno. Dalam prasasti tersebut tertulis “Hanya bangsa yang menghargai pahlawan-pahlawannya dapat menjadi bangsa yang besar”.
Prasasti tersebut ditulis dalam ejaan lama sesuai dengan ejaan yang berlaku pada masa itu yaitu sekitar tahun 1963. Soekarno sendiri memang berulang kali mengingatkan pentingnya sejarah dan pentingnya menghargai jasa para pahlawan. Karena tanpa pengorbanan para pahlawan Indonesia belum tentu bisa merdeka dari para penjajah.
Demikian adalah sejarah Tugu Tani sebagai simbol kepahlawanan yang ada di Jakarta, sebagai bangsa yang baik memang sudah sepantasnya mengenal sejarah yang ada di negeri ini dan menghargai jasa para pahlawan yang sudah berkorban untuk Indonesia. (WWN)
ADVERTISEMENT