Singkatan STM dan Sejarah Sekolah Kejuruan di Indonesia

Konten dari Pengguna
27 Maret 2022 19:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sekolah teknik. Foto: PIxabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sekolah teknik. Foto: PIxabay
ADVERTISEMENT
Ada yang masih familiar dengan singkatan STM? Ini merupakan nama sekolah kejuruan sebelum tahun 2000-an. Kepanjangan STM adalah Sekolah Teknik Menengah.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai STM, mulai dari pengertian, sejarah, hingga perbedaannya dengan SMK dan SMA.

Pengertian STM

Ilustrasi siswa STM yang sedang melakukan praktik. Foto: Pexels
STM atau Sekolah Teknik Menengah adalah salah satu jenis sekolah yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja produktif yang menguasai bidang teknik tertentu.
Sekolah teknik ini sudah diselenggarakan sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia pada tahun 1903. Kemudian, sekolah dengan pola pendidikan ini juga diterapkan pada masa penjajahan Jepang.
Dikutip dari Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan Eksistensinya oleh Haidar Putra Daulay (2019: 54), STM menjadi salah satu bagian dari kurikulum di Indonesia sejak awal masa kemerdekaan. Masa sekolah di STM berlangsung selama 3 tahun.
Pada tahun 1997, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Nomor 036/0/1997 tentang Perubahan Nomenklatur SMKTA Menjadi SMK. Sejak saat itu, semua jenis sekolah kejuruan menengah tingkat atas, termasuk STM, disebut sebagai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
ADVERTISEMENT

Sejarah STM

Ilustrasi STM mempelajari hal-hal seputar teknik. Foto: Pexels
Sebelum dikenal luas dengan nama SMK, lalu disebut juga dengan sekolah vokasi, pemerintah pada awalnya memberi nama STM untuk sekolah kejuruan.
Sejarah sekolah kejuruan di Indonesia dimulai pada tahun 1853. Pada masa itu, Belanda mendirikan sekolah bernama Ambachts School van Soerabaia. Ini adalah sekolah kejuruan bagi anak-anak Indonesia dan Belanda.
Sesuai dengan namanya, Ambacht School van Soerabaia yang artinya Sekolah Pertukangan Surabaya, sekolah ini mengajarkan teknik bertukang bagi murid-muridnya. Sekolah Pertukangan ini mungkin yang menjadi inspirasi munculnya sekolah kejuruan dengan singkatan STM di kemudian hari.
Tiga tahun kemudian, berdiri sekolah serupa di Jakarta. Sekolah Pertukangan ini diselenggarakan oleh swasta.
Pada tahun 1860, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Sekolah Pertukangan di Surabaya untuk golongan Eropa. Hingga tahun 1960, belum ada sekolah serupa yang diperuntukkan bagi anak-anak Pribumi.
ADVERTISEMENT
Jika ditelusuri sejarahnya, Sekolah Pertukangan di Surabaya yang berdiri tahun 1853 menjadi cikal bakal sekolah kejuruan pertama di Indonesia. Jadi, usia sekolah kejuruan di Indonesia hingga hari ini sudah berusia 1,5 abad.
Dalam perjalanannya, sekolah kejuruan di Indonesia mengalami pasang surut. Pada tahun 1950, pengembangan pendidikan kejuruan jauh dari harapan ketika kondisi keuangan negara sangat terpuruk.
Selanjutnya pada tahun 1967, pemerintah mengembangkan sekolah teknik di bawah naungan Ditjen Pendidikan Dasar. Pada tahun 1997, STM dan berbagai sekolah kejuruan sejenis melebur menjadi nama SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).
Sejak itu, sekolah kejuruan semakin melebarkan sayapnya di bawah naungan Direktorat Pembinaan SMK, dan tentu saja singkatan STM menjadi kenangan generasi sebelum tahun 90 akhir.
ADVERTISEMENT

Apa Bedanya STM VS SMK?

Ilustrasi siswa di sekolah. Foto: Unsplash
Meskipun sama-sama sekolah kejuruan, STM dan SMK memiliki beberapa perbedaan yang spesifik, di antaranya:

1. Perbedaan Bidang Kejuruan

Siswa yang belajar di STM mempelajari berbagai bidang ilmu teknik yang sifatnya maskulin, seperti teknik elektro, teknik mesin, otomotif, dan lain-lain.
Sementara SMK mempelajari beragam bidang kejuruan yang lebih luas, termasuk teknik, ekonomi, akuntansi, pariwisata, tata busana, multimedia, kesehatan, dan lain sebagainya.

2. Perbedaan Masa Beroperasi

Seperti yang sudah disebutkan, masa beroperasi STM sudah tidak berlaku pada tahun 1997 setelah diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/0/1997.
Oleh sebab itu, istilah STM secara resmi tidak lagi digunakan dan sekolah tersebut telah menjadi bagian dari struktur SMK hingga saat ini.
ADVERTISEMENT

3. Perbedaan Dominasi Jenis Kelamin Peserta Didik

STM dan SMK juga memiliki perbedaan dalam hal dominasi jenis kelamin peserta didik. STM biasanya didominasi oleh siswa laki-laki. Hal ini karena bidang teknik sering kali dianggap lebih sesuai dengan stereotip laki-laki.
Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak perempuan yang tertarik untuk mengejar pendidikan di bidang teknik.
Di sisi lain, SMK biasanya memiliki jumlah siswa yang cukup seimbang antara perempuan dan laki-laki, tergantung pada jurusan yang diminati. Meski begitu, kebanyakan jurusan SMK didominasi oleh siswa perempuan.

Perbedaan STM, SMK, dan SMA

Ilustrasi pembelajaran di STM, SMK, dan SMA memiliki kurikulum yang berbeda. Foto: Pexels
Selain STM dan SMK, di Indonesia juga terdapat jenjang pendidikan menengah atas yang paling sering dijumpai, yaitu SMA atau Sekolah Menengah Atas. Adapun perbedaan STM, SMK, dan SMA, yaitu:
ADVERTISEMENT

1. Tujuan dari Kurikulum Pendidikannya

Perbedaan pertama yang mencolok antara STM, SMK, dan SMA terletak pada tujuan kurikulum pendidikan. STM dan SMK berfokus utama menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Kurikulum STM dan SMK lebih cenderung menerapkan praktik dan mengarahkan siswa untuk memiliki keterampilan khusus dalam bidang tertentu. Meski begitu, siswa tetap dapat memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi jika diinginkan.
Di sisi lain, kurikulum SMA dirancang untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian nasional dan memenuhi syarat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
SMA menawarkan berbagai pilihan jurusan, seperti IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), untuk membantu siswa memilih jalur studi yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

2. Bobot Praktik dan Teori

Perbedaan kedua adalah bobot praktik dan teori dalam kurikulum. Bobot praktik dalam kurikulum STM dan SMK lebih besar daripada teori, sering kali mencapai 70% dari total materi pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Sementara di SMA, bobot teori lebih mendominasi. Kurikulum SMA lebih fokus pada pengembangan intelektual siswa, dengan perbandingan bobot teori dan praktik yang lebih seimbang.

3. Profil Lulusannya

Lulusan STM dan SMK umumnya siap memasuki dunia kerja segera setelah lulus. Mereka sudah dibekali keterampilan praktik untuk mengisi posisi tertentu sesuai dengan bidang keahlian mereka.
Sementara lulusan SMA lebih mengarahkan siswanya untuk lanjut ke perguruan tinggi. Lulusan SMA diharapkan memiliki dasar pengetahuan yang kuat dalam berbagai disiplin ilmu, sehingga mendukung mereka untuk memilih jalur karier yang lebih luas.
(S-IJ & SFR)