Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Tafsir Surat Al Fil Ayat 3 Wa Arsala Alaihim Thoiron Ababil
31 Januari 2022 16:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai umat Muslim, pasti sudah tidak asing lagi dengan Surat Al Fil. Surat yang terdiri dari 5 ayat ini sering di baca saat shalat. Salah satu ayat yang cukup terkenal adalah wa arsala alaihim thoiron ababil. Lantas bagaimanakah tafsir ayat tersebut?
ADVERTISEMENT
Tafsir Surat Al Fil Ayat 3 Wa Arsala Alaihim Thoiron Ababil
Dikutip dari buku Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 karya Dr. ‘Abdhullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh (2004), tafsir Surat Al Fil ayat 3 yaitu:
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
Wa arsala 'alaihim ṭairan abābīl
Artinya, “Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong”
Surat ini merupakan anugrah dari Allah SWT kepada kaum Quraisy dari serangan tantara gajah yang semula bertekat akan merobohkan Kakbah dan meratakannya dengan tanah hingga tidak ada bekas-bekasnya lagi.
Kisah ini berasal dari Raja Abrahah yang menginstruksikan Asyram agar memalingkan peziarah dari kalangan orang-orang Arab untuk mengunjunginya sebagaimana Kakbah di Makkah dikunjungi mereka. Namun orang Arab keturunan Adnan dan Qahtah tidak suka dengan hal tersebut dan orang-orang Quraysy sangat marah akan hal tersebut. Hingga sebagian dari mereka ada yang bertakat membuat kerusuhan.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada pelayannya melaporkan kepada raja Abrahah dan mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya yang melakukan peristiwa tersebut tidak lain dan tidak bukan kaki tangan orang-orang Quraysy. Akibatnya Raja Abrahah marah dan bersumpah untuk menuju benar-benar akan menuju Kakbah di Makkah dan akan meratakannya.
Raja Abraham dan tentaranya yang berjumlah sangat besar membawa gajah yang besarnya tak terpikirkan yang diberi nama Mahmud. Gajah tersebut dijadikan sebagai sarana merobohkan Kakbah dalam waktu singkat.
Ketika dalam perjalalan, raja Abrahah sampai di daerah Al-Magmas (suatu tempat yang terletak tidak jauh dari Makkah), ia turun beristirahat. Sedangkan bala tentaranya merampas semua ternak penduduk Makkah dan sekitarnya atas perintah Abrahah sendiri.
Di antaranya adalah unta sebanyak 200 ekor milik Abdul Muttalib. Dan tersebutlah orang yang diserahi oleh Abrahah untuk memimpin perampasan ternak itu adalah komandan pasukan terdepannya yang dikenal dengan nama Al-Aswad ibnu Maqsud, lalu ia dikecam oleh sebagian bangsa Arab melalui bait-bait syairnya.
ADVERTISEMENT
Abrahah mengirimkan Hannatah Al-Himyari ke Mekah dan memerintahkan kepadanya supaya kembali membawa orang Quraisy yang paling terhormat. Dan Abrahah menyampaikan kepadanya bahwa “dia datang bukan untuk memerangi kamu, terkecuali jika kamu menghalang-halanginya dari Baitullah”. Maka datanglah Hannatah ke Mekah, lalu ditunjukkan kepadanya rumah Abdul Muttalib ibnu Hasyim.
Hannatah mengajak Abdul Muttalib untuk menemui raja Abrahah. Ketika Abrahah melihat Abdul Muttalib, ia terkejut melihat penampilan Abdul Muttalib yang tinggi lagi berwibawa dan tampan. Maka ia menghormatinya, dan ia turun dari singgasananya, lalu duduk bersama Abdul Muttalib di hamparan permadani.
Abdul Muttalib bersama dengan segolongan orang-orang terhormat dari kalangan orang-orang Arab menawarkan kepada Abrahah sepertiga dari harta Tihamah dengan syarat Abrahah mengurungkan niatnya dari menghancurkan Ka'bah. Tetapi Abrahah menolak tawaran mereka dan mengembalikan kepada Abdul Muttalib dua ratus ekor untanya.
ADVERTISEMENT
Abdul Muttalib kembali ke Mekah dan menemui orang-orang Quraisy, lalu memerintahkan kepada mereka agar keluar dari Mekah dan berlindung di atas puncak-puncak bukitnya karena takut akan serangan bala tentara Abrahah.
Pada pagi harinya Abrahah bersiap-siap untuk memasuki kota Makkah, lalu menyiapkan gajahnya yang diberi nama Mahmud dan ia menyiapkan pula bala tentaranya. Setelah semuanya siap, maka mereka mengarahkan gajahnya menuju ke arah Mekah, tetapi sebelum itu Nufail ibnu Habib datang dan berdiri di dekat gajah, lalu berkata, "Hai Mahmud, duduklah kamu dan kembalilah dengan penuh kesadaran menuju ke tempat asal kedatanganmu, karena sesungguhnya engkau berada di negeri Allah yang disucikan," setelah itu melepaskan telinga gajah Mahmud, yang dipeganginya saat ia membisikinya.
ADVERTISEMENT
Maka gajah itu duduk, dan Nufail lari dengan kencangnya menuju ke daerah perbukitan dan berlindung di puncaknya. Mereka memukuli gajah itu supaya berdiri, akan tetapi gajah itu membangkang dan tidak mau berdiri, bahkan dengan berbagai cara. Kemudian mereka mengarahkannya ke negeri Yaman, dan ternyata tanpa sulit gajah itu bangkit dengan sendirinya, lalu berlari kecil menuju ke arah itu. Kemudian mereka mencoba untuk mengarahkannya ke negeri Syam, dan gajah itu menuruti perintahnya; mereka coba mengarahkannya ke timur, maka gajah itu mengikuti perintah. Tetapi bila diarahkan ke Makkah, gajah itu diam dan duduk.
Dan Allah mengirimkan kepada mereka burung ababil (jumlah besar) dari arah laut yang bentuknya seperti burung walet dan burung balsan. Tiap-tiap ekor membawa tiga buah batu. Satu diparuhnya dan yang dua dipegang oleh masing-masing dari kedua kakinya. Batu itu sebesar kacang humsh dan kacang 'adas. Tiada seorang pun dari mereka yang terkena batu itu melainkan pasti binasa, tetapi tidak seluruhnya terkena batu itu.
ADVERTISEMENT
Itulah tafsir Surat Al Fil ayat 3 wa arsala alaihim thoiron ababil. Semoga informasi di atas dapat menambah wawasan Anda tantang sejarah agama Islam. (MZM)