Tritura: 2 Orang Tokoh Besar Mahasiswa di Baliknya yang Perlu Anda Tahu

Konten dari Pengguna
13 Januari 2021 8:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah negara ini tak bisa lepas dari mahasiswa. Salah satunya dari peristiwa Tri Tuntutan Rakyat, atau yang lebih dikenal dengan akronim Tritura, merupakan salah satu tonggak bersejarah republik ini.
ADVERTISEMENT
Tritura dianggap sebagai titik awal demokrasi Indonesia, yang dipelopori oleh gerakan mahasiswa pasca terjadinya peristiwa G 30 S/PKI yang menggemparkan itu. Aliansi mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, menuntut pemerintah untuk segera melakukan 3 hal terpenting demi mengondisikan situasi keamanan dan politik negara, yaitu:
• Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
• Perombakan kabinet Dwikora
• Turunkan harga pangan
Dalam peristiwa Tritura ini, ada banyak mahasiswa Indonesia yang ikut dalam aksi. Namun, kedua nama ini menonjol ketimbang yang lain, karena kiprah mereka selanjutnya yang tak bisa dipisahkan dari sejarah negara Indonesia.

Abdul Gafur: Menpora Era Orde Baru yang Ikut Berperan dalam Tritura

Foto: Gen-Id
Abdul Gafur baru saja wafat di bulan September 2020 lalu, akibat terpapar COVID-19 dengan penyakit penyerta diabetes, anemia, dan hiperkogulasi.
ADVERTISEMENT
Tahun 1966, Abdul Gafur merupakan pemimpin organisasi Panitia Pengganyangan Gestapu PKI Universitas Indonesia, dan akhirnya bergabung dalam aksi Tritura bersama KAMI.
Rekam jejak perpolitikannya cukup mengagumkan setelah menjadi salah satu tokoh KAMI, mulai dari menjadi perwira tinggi TNI AU, anggota DPR RI, Menteri Muda Urusan Pemuda, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, anggota DPA, hingga wakil ketua MPR RI.

Soe Hok Gie: Aktivis Mahasiswa yang Menyerah di Semeru

Foto: Biografiku
Soe Hok Gie adalah seorang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia angkatan 62, yang tak hanya mengkritik Presiden Soekarno di Orde Lama, tetapi juga melibas berbagai ketidakadilan yang dilakukan oleh Presiden Soeharto di era Orde Baru.
Soe Hok Gie menuangkan seluruh idealisme, opini, dan pemikirannya dalam sebuah jurnal yang kemudian dibukukan, Catatan Seorang Demonstran.
ADVERTISEMENT
Soe Hok Gie sayangnya harus menyerah, bukan pada penguasa negara ini, tetapi pada gas beracun di kawah Gunung Semeru.
Sungguh luar biasa ya? Tak heran rasanya, jika suatu kali Presiden Soekarno pernah berkata, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Sungguh suatu ironi, jika kemudian Presiden Soekarno juga “ditumbangkan” oleh aksi mahasiswa.
(CR)