Asal Usul Tradisi Pakaian Hitam Jadi Simbol Duka Cita Saat Melayat

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
15 Mei 2022 12:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi melayat ke rumah duka dengan memakai pakaian hitam. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi melayat ke rumah duka dengan memakai pakaian hitam. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Mengenakan pakaian serba hitam merupakan hal yang kerap kita temui di berbagai daerah hingga negara ketika kerabat atau teman melayat ke rumah duka. Bahkan tak jarang keluarga yang ditinggalkan juga memakai pakaian hitam untuk menyimbolkan rasa duka.
ADVERTISEMENT
Lalu, sejak kapan sih tradisi ini dilakukan hingga masih dijalankan di era modern saat ini. Tatkala kita tidak mengetahui sama sekali sejarah hal yang kita lakukan termasuk memakai pakaian hitam saat melayat. Berikut asal usul tradisi tersebut yang dirangkum dari berbagai sumber.
Tradisi Kekaisaran Romawi
Memakai pakaian serba hitam ketika melayat ke rumah duka atau di kuburan ternyata merupakan tradisi di zaman kekaisaran Romawi. Dulunya, para penduduk Romawi disebut wajib memakai pakaian hitam terutama anggota keluarga yang ditinggalkan.
Ilustrasi melayat ke rumah duka dengan memakai pakaian hitam. . Foto: UNHCR/HO/REUTERS
Selain itu para keluarga hingga kerabat yang datang juga memakai pakaian serba hitam. Mengapa demikian? Dikabarkan warna hitam disimbolkan dengan kematian atau menghormati orang yang tengah berduka.
Tidak hanya pakaian hitam, keluarga Romawi dulunya juga selalu memakai jubah hitam ketika memakamkan anggota keluarga mereka. Tak cukup sampai di situ mereka juga memakai toga hitam atau disebut toga pulla ketika berada di kuburan saat proses pemakaman.
ADVERTISEMENT
Hingga kemudian, tradisi pakaian hitam tersebut kemudian menyebar ke berbagai benua Eropa, Asia, Amerika, hingga Afrika.
Dipopulerkan Ratu Victoria Inggris
Meski pakaian serba hitam merupakan tradisi di zaman kekaisaran Romawi, namun Ratu Victoria Inggris lah yang dikabarkan mempopulerkan warna pakaian tersebut.
Ilustrasi anggota kerajaan Inggris memakai pakaian serba hitam saat memakamkan pangeran Philip. Foto: Hannah McKay/Reuters
Ratu Victoria yang mulai memimpin Britania Raya dan Irlandia sejak 1876 mengalami peristiwa duka yakni meninggalnya sang suami, Pangeran Albert pada 1861.
Kala itu, sang ratu memakai pakaian atau gaun serba hitam ketika acara pemakaman sang suami tercinta. Hingga kemudian, warna pakaian pun diikuti oleh penduduk Britania Raya dan Irlandia di hari duka tersebut.
Pakaian serba hitam di Britania Raya dan Irlandia disebut untuk menghormati keluarga yang berduka. Tak ayal, pakaian dengan warna hitam itupun turut diikuti di benua Amerika akibat peristiwa meninggalnya sang Pangeran Albert pada 1861.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak hanya itu, tradisi pakaian hitam saat melayat juga makin populer di negara-negara Eropa lainnya hingga Asia.
Kendati demikian, meski banyak orang di berbagai negara saat ini identik dengan pakaian serba hitam saat melayat. Namun hal tersebut ternyata tidak selalu diikuti oleh negara lainnya. Sebut saja Myanmar. Negara tetangga kita ini menganggap pakaian warna kuning sebagai simbol duka cita atau berkabung.
Selain itu, di berbagai negara lainnya juga melakukan hal yang sama dengan tidak menganggap warna hitam sebagai simbol duka cita. Mulai dari Iran, negara Asia Barat ini malah menilai warna biru simbol kematian atau duka cita.
Selanjutnya, India dan Tiongkok menganggap pakaian serba putih sebagai simbol duka cita. Sementara itu, Thailand menilai warna ungu lah yang menjadi lambang duka cita.
ADVERTISEMENT
Tak jarang, setiap keluarga yang mengalami duka cita, para kerabat dan tetangga rata-rata memakai pakaian ungu saat melayat.
Itulah asal usul atau fakta menarik tentang pakaian serba hitam hingga menjadi simbol duka cita yang masih dijalankan hingga saat ini. (fre)