Banyak Negara Melarang Penjualan Foie Gras atau Hati Angsa, Kenapa?

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
10 September 2021 8:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Foie Gras, makanan hati angsa khas Prancis. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foie Gras, makanan hati angsa khas Prancis. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dikenal sebagai salah satu makanan mewah, foie gras yang notabene terbuat dari hati bebek atau angsa umumnya dijual dengan harga mahal. Namun, makanan yang dinilai lezat tersebut dilarang diperjualbelikan di banyak negara.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diketahui, foie gras sendiri dalam bahasa Prancis memiliki arti ‘hati gemuk’. Memiliki rasa yang sangat berlemak dan tekstur halus, hati angsa tersebut kerap dianggap sebagai salah satu hidangan terlezat.
Olahan dari foie gras bisa dinikmati sebagai hidangan utama. Namun di sisi lain lantaran karakteristiknya, makanan tersebut juga bisa dihidangkan sebagai santapan penutup seperti pate dan mousse.
Foie grass (Foto: Thinkstock)
Terlepas dari rasa, larangan jual-beli foie gras sejatinya memang bukan tanpa sebab. Mengutip Britannica, makanan yang populer di Prancis tersebut dibuat dengan cara membesarkan hati bebek atau angsa dengan teknik pemberian makan khusus.
Sementara mengutip The Spruce Eats, dijelaskan bahwa hati bebek atau angsa diperbesar hingga nyaris 10 kali lipat dari ukuran asli. Caranya dinilai kejam, yakni memaksa mengalirkan makanan langsung ke mulut angsa menggunakan selang.
ADVERTISEMENT
Praktik kontroversial yang dinilai sebagai jenis kekejaman terhadap hewan itu dikenal dengan sebutan gavage. Pertama kali teknik memaksa angsa untuk makan itu dilakukan oleh orang-orang Mesir Kuno, tepatnya pada 2.500 sebelum masehi.
Perenang berenang melewati angsa di Serpentine Lido di Hyde Park, London. Foto: Tolga AKMEN / AFP
Meski kontroversial, cara tersebut tak sepenuhnya ditentang. Komunitas kuliner dunia masih memperdebatkan soal hal tersebut, meski beberapa memang terang-terangan menolak menyajikan foie gras.
Sementara itu, beberapa koki lain merasa cara penggemukan tersebut seharusnya memiliki alternatif. Ada yang lebih manusiawi dalam membuat foie gras, yakni dengan cara mengatur pola waktu penyembelihan hewan.
Bukan cuma juru masak, meski memang memiliki rasa yang enak, tak sedikit konsumen yang berhenti mengkonsumsi foie gras ketika tahu cara membuatnya. Kelezatan yang dirasa seakan-akan hilang, jadi rasa iba karena kekejaman yang seharusnya tak dialami hewan. (bob)
ADVERTISEMENT