Bocah 9 Tahun Tewas usai Makan Es Krim Padahal Hanya Satu Jilatan

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
27 Januari 2021 11:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi es krim. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi es krim. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Bocah perempuan bernama Habiba Chisti dilaporkan meninggal tak lama usai jilatan pertama pada es krimnya. Gadis cilik yang sedang berlibur bersama keluarganya tersebut langsung mengalami reaksi fatal hingga akhirnya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Mengutip Wales Online, peristiwa tersebut terjadi di Spanyol. Kala itu, Habiba dan keluarganya yang berasal dari Inggris tengah berlibur ketika memesan es krim dengan sirup coklat dari sebuah kios di wilayah setempat.
Meski mengidap alergi akut terhadap telur dan kacang, juga punya asma, Habiba tetap bisa menikmati produk susu seperti es krim. Hanya saja, memang ia tak boleh memakan es krim dengan kandungan kacang berlebih.
Ilustrasi kacang-kacangan. Foto: Shutterstock
Karena itu Ayah Habiba, Wajid Azam Chishti, mengaku bertanya sampai tiga kali, memastikan ke penjual bahwa es krim tersebut tidak mengandung kacang. Penjual kemudian bersikukuh, menyebut dagangannya tidak mengandung kacang.
Namun, tak lama setelah jilatan pertama kepada es krim tersebut, sesampainya di Costa del Sol untuk istirahat, Habiba tumbang di hotel dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Malaga. Ia diduga mengalami syok anafilaksis. Sayang, dokter tak mampu menyelamatkannya.
ADVERTISEMENT
Dua hari setelah kematiannya, hasil autopsi menyebutkan Habiba mengonsumsi dosis kacang yang tinggi. Terdapat almond, hazelnut, kacang mete, dan pistachio dalam sistem tubuhnya, menyebabkan Habiba otaknya kekurangan oksigen.
Ilustrasi anak sakit. (Foto: Thinkstock)
Sang ayah yang merupakan dokter National Health Service (NHS) mengaku begitu terpukul kehilangan anaknya. Ia menyesal tak bisa menyelamatkan sang anak meski sudah menjalani berbagai latihan mengantisipasi alergi tersebut.
“Ketika kembali (dari penjual es krim) dia baik-baik saja, tapi pas kita ke restoran dia mulai ngerasa gak enak. Kita akhirnya pulang ke hotel, dan seperti dugaan, itu karena asmanya jad kita bisa ambil inhaler. Tak ada tanda-tanda anafilaksis saat itu,” kata Wajid.
Ketika itu Wajid menuju ke resepsionis hotel untuk meminta bantuan. Sekembalinya ke kamar hotel, pria asal Inggris tersebut menemukan sang istri tengah panik, mengatakan bahwa anak mereka pingsan.
Ragam es krim aneh di dunia (Foto: Instagra @littlebabysic @_swaggerqi_)
“Kita sudah latihan untuk keadaan darurat tiap tahun. Seram sekali ketika kami sudah latihan tapi tak ada guna bila tanpa gejala seperti itu. Itu membingungkan. Dengan semua pengetahuan yang dipelajari rasanya jadi dua kali lebih sakit,” ungkap Wajid
ADVERTISEMENT
Biasanya, Wajid dan keluarga memang kerap berlibur setiap enam bulan. Namun, kini dirinya tak bisa melakukannya karena masih terpukul. Bahkan, hanya pergi ke Centre Parcs di Inggris saja begitu sulit buatnya.
Mengenai sosok Habiba, sambil sedikit meneteskan air mata, Wajid mengenangnya sebagai anak yang baik. Ia selalu mengingatkan ayahnya untuk beramal. Kini ia tengah berusaha agar bisa menerima kepergian putrinya tersebut.
“Saya mulai sadar bahwa saya harus move on demi anak-anak saya yang lain, tapi itu sangatlah berat,” beber Wajid.
Ilustrasi es krim | Photo by @de_boliva
Konsultan Ahli Patologi Anak Rumah Sakit Anak Sheffield, Profesor Marta Cohen, kemudian menjelaskan bagaimana satu jilatan sudah cukup membuat sebuah alergi menjadi mematikan.
Sebelum meninggal, Habiba dikatakan mengalami kelaparan oksigen menuju otak. Tak bisa melewati paru-paru dan peredaran darah di otak, hal tersebut menyebabkan gadis cilik tersebut kelaparan oksigen.
ADVERTISEMENT
Adapun es krim yang dikonsumsi Habiba kemungkinan mengandung satu atau lebih alergen, sejalan dengan perkembangan syok anafilaksis. Karenanya, Cohen yakin penyebab kematian adalah syok anafilaksis tersebut.
“Satu jilatan sudah cukup. Bila seseorang alergi akut, bahkan bisa saja terpicu dengan hanya adanya benda tersebut di ruangan. Karena itulah kacang tak diperbolehkan di dalam pesawat,” sebut Cohen mengenai peristiwa viral tersebut. (bob)