Halu Ternyata Berdampak Positif untuk Kesehatan Menurut Psikologi, Kok Bisa?

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
2 November 2022 10:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak yang suka berkhayal (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak yang suka berkhayal (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Suka halusinasi atau halu dengan membuat skenario palsu di dalam pikiran merupakan kebiasaan beberapa orang. Walau terdengar buruk, ternyata menurut psikologi, halu itu ada dampak positifnya untuk kesehatan.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari berbagai sumber, Dawn Baxter selaku pelatih psikologi positif bersertifikat, mengatakan bahwa halu dengan membuat skenario palsu di dalam kepala bisa membawa kenyamanan dan membuat pelakunya merasa lebih siap dengan kehidupan nyata.
Menurut Dawn, supaya merasa siap dengan segala kemungkinan, biasanya seseorang akan berfantasi mengenai apa yang belum terjadi. Nah, skenario tersebut membantu menghadapi peristiwa yang belum terjadi itu.
Skenario buatan tersebut bisa tentang orang yang ditaksir, mulai dari bila dia memerhatikan kita, atau cara tetap tenang dan merespons. Bisa juga memikirkan bagaimana misalnya jika dihadapkan situasi negatif.
Ilustrasi halu menjadi suami Hinata dalam anime Naruto. Foto: IMDb
“Seperti Dr. Strange ketika memainkan skenario menghadapi Thanos di pikirannya, ada 14.000.605 kali untuk menemukan yang mana bakal berhasil untuk menyelamatkan semuanya. Kalau kamu, mungkin memikirkan kemungkinan terbaik misalnya pakai gaun,” ujar Dawn.
ADVERTISEMENT
Masih menurut Dawn, skenario buatan tadi bisa jadi hiburan karena juga merupakan salah satu bentuk pelarian. Buat beberapa orang, hal itu dibutuhkan untuk sebelum tidur. Teknik yang digunakan otak untuk bermimpi.
Selain itu, Dawn juga mengatakan bahwa halu punya manfaat. Menjalankan ide-ide secara visual lewat pikiran memungkinkan untuk membuat strategi guna berkembang dan mengatasi kehidupan sehari-har. Juga, memberi rasa kontrol semu atas hidup kita.
Ilustrasi halusinasi. Foto: pixabay
“Memberi diri izin untuk mempertimbangkan dan memainkan peristiwa yang belum atau tidak akan pernah terjadi adalah kemewahan pikiran pribadi yang bisa sangat menghibur, terutama jika terjadi kemungkinan skenario negatif,” sebut Dawn.
Sementara itu, Caroline Plumer selaku terapis mengatakan halu dengan menciptakan skenario pada malam hari sangatlah umum. Halu, menurutnya, memungkinkan kita jadi apapun yang diinginkan dan merespons dengan sebebasnya.
ADVERTISEMENT
“Bahkan orang paling pemalu sekalipun bisa jadi sangat percaya diri di dalam fantasi pribadi bila menginginkan demikian. Ini bisa jadi cara bagus untuk menunjukkan ke diri sendiri apa yang bisa dilakukan suatu hari,” ujar Caroline.
Ilustrasi melamun. Foto: Shutterstock
Senada dengan Dawn, Caroline juga sepakat bahwa halu skenario palsu berguna untuk memproses apa yang telah terjadi pada kita, apa yang mungkin kita inginkan terjadi, atau bahkan apa yang tidak dimau.
“Halu memberi kebebasan besar memainkan skenario sebagai versi dalam diri kita sendiri. Ini juga bisa jadi latihan yang menyenangkan dan kreatif di mana imajinasi Anda menjadi liar,” tutur Caroline.
Namun, tentu ada buruknya kalau seseorang jadi terlalu bergantung pada skenario palsu dalam pikiran. Jadi, meski memang bisa membantu, seperti merasa tenang, penting juga untuk membuat batasan.
ADVERTISEMENT
“Walau menyenangkan, halu keseringan bisa merusak kesehatan. Kalau kejebak dalam putaran halu, tanya pada diri: apa yang halu ini ingin sampaikan ke diri? Apa ini sinyal untuk mengejar sesuatu yang diinginkan? Atau bahkan menghindari hal sulit dalam hidup?” kata Caroline. (bob)