Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Ilmuwan Temukan Zat Kimia yang Diklaim Bisa Sembuhkan Patah Hati
13 Oktober 2022 11:09 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip dari The Guardian, penelitian di Spanyol mendapati profol—zat kimia penenang yang biasa digunakan untuk anestesi—kemungkinan bisa digunakan membungkam kenangan pahit yang datang bersama patah hati.
Penelitian menyuntikkan zat kimia tersebut kepada partisipan yang diminta mengingat pengalaman pahit. Sehari setelahnya, partisipan yang diminta menceritakan lagi mengaku memori tentang pengalaman pahit itu jadi kurang jelas.
Tujuan utama penelitian tersebut adalah meringankan gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Namun, sepertinya zat kimia tersebut memungkinkan untuk menekan ingatan mengganggu lainnya.
Menurut ketua penelitian Dokter Bryan Strange, kombinasi anestesi dengan mengingat kenangan emosional, bisa melemahkan kenangan tersebut. Hanya, diperlukan seperangkat kriteria guna mengidentifikasi efek ke seseorang, apakah manfaat sebanding dengan risiko.
“Mungkin ada orang-orang yang patah hati begitu parah sampai kriterianya terpenuhi,” kata Dokter Strange.
ADVERTISEMENT
Selain zat kimia anestesi, tahun lalu ilmuwan juga mengembangkan aplikasi seperti Mend, Rx Breakup, dan Break-Up Boss. Aplikasi tersebut menawarkan bimbingan, saran, dan aktivitas untuk meredakan rasa sakit karena patah hati
Studi 2017 silam juga menemukan latihan otak serupa, berguna untuk menekan kenangan pahit dan patah hati pasca-putus.
Ahli antropologi, Helen Fisher, selama empat dekade mempelajari kaitan cinta pada otak manusia. Menggunakan alat pindai MRI, ia menemukan bahwa kehilangan seseorang yang dicinta punya efek sama dengan sakau ketika berusaha keluar dari zat adiktif.
“Kami juga menemukan aktivitas di wilayah terkait rasa sakit fisik, juga rasa cemas yang sejalan dengan rasa sakit fisik. Itu merupakan respons otak yang sangat kuat,” kata Helen.
ADVERTISEMENT
Temuan Helen disepakati Barbara Sahakian, profesor neuropsikologi klinis di University of Cambridge. Menurut Sahakian, jatuh cinta memang candu sehingga sistem penghargaan otak aktif karena sosok yang dicintai.
“Ketika dia pergi, kamu harus menyingkirkan kebiasaan, kebutuhan kompulsif untuk melihatnya, mengirim pesan teks, dan mendengar suara mereka. Cara terbaik adalah dengan mengalihkan perhatian, menggunakan waktu dengan cara lain,” kata Sahakian. (bob)