Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Kenapa Eksperimen Laboratorium Sering Pakai Tikus?
27 Oktober 2022 13:28 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tikus bisa dibilang sebagai hewan yang paling sering digunakan peneliti ketika melakukan eksperimen laboratorium. Adapun eksperimen kebanyakan berkaitan dengan meneliti penyakit atau obat-obatan.
ADVERTISEMENT
Meski banyak kasusnya, masih banyak yang belum tahu alasan pemilihan tikus sebagai hewan pengganti manusia untuk eksperimen.
Mengutip dari ABC, menurut Foundation for Biomedical Research (FBR), peneliti mempelajari tikus atau pengerat karena adanya tingkat kesamaan genetik yang begitu tinggi.
"Sekitar 95 persen dari hewan laboratorium adalah tikus dan pengerat, dibiakkan khusus untuk penelitian," terang FBR.
Kebanyakan tikus atau pengerat untuk percobaan medis adalah inbrida—pengembangbiakan yang masih berkerabat untuk melestarikan sifat yang diinginkan. Karena itu, tikus-tikus hampir identik secara genetik sehingga membantu hasil uji coba medis lebih seragam.
Alasan lain tikus atau pengerat digunakan sebagai model dalam pengujian medis adalah lantaran secara karakteristik genetik, biologis, dan perilaku, sangatlah mirip dengan manusia.
Kesamaan tersebut membuat banyak gejala dan kondisi manusia dapat direplikasi kepada tikus dan pengerat.
ADVERTISEMENT
Masalah utama pada penggunaan tikus sebagai hewan eksperimen adalah protes beberapa orang. Merasa tikus adalah makhluk hidup, mereka menganggap seharusnya ada alternatif lain.
Sementara itu, menurut FBR, kini belum ada pengganti yang komprehensif untuk pengujian dan penelitian hewan. Karenanya, tikus masih akan jadi hewan uji coba atau eksperimen laboratorium.
Pada dasarnya, model komputer, kultur sel, serta metode penelitian lain, mengurangi jumlah hewan yang digunakan. Namun, belum ada cara yang sepenuhnya menggantikan pengujian terhadap hewan. Alasannya, Belum ada jalur duplikasi seluruh sistem kehidupan. (bob)