Kisah Lansia Dedikasikan 30 Tahun Hidupnya Merawat Oase di Gurun Gobi

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2022 18:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Baraaduuz Demchig, perawat oase hijau di Gurun Gobi. (Foto: Richard Mortel/Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Baraaduuz Demchig, perawat oase hijau di Gurun Gobi. (Foto: Richard Mortel/Flickr)
ADVERTISEMENT
Seorang kakek berusia 82 tahun menjadi contoh atas dedikasinya yang luar biasa. Sebab, selama tiga dekade alias 30 tahun, ia menghabiskan hidupnya untuk merawat sebuah oase hijau di tengah gurun Gobi.
ADVERTISEMENT
Mengutip Oddity Central, pria Mongolia itu bernama Baraaduuz Demchig. Ia mendapat julukan sebagai ‘bukti hidup manusia bisa melawan penggurunan’. Sebab, ia bersama keluarga merawat 16 hektare oase di tengah gurun Gobi yang tandus.
Gurun Gobi. (Foto: Mai Khoi/Facebook)
Tidak ada tanaman lain selain oase tersebut, membuat pemandangannya kerap disebut mukjizat. Adapun semuanya bermula pada awal 1990-an, yakni ketika Baraaduuz mencoba menanam sayur di tanah gersang.
Usahanya tersebut gagal karena angin yang terlalu kencang. Hanya, kegagalan itu tak sia-sia karena membuat Baraaduuz sadar butuh pohon besar untuk melindungi kebun dari angin kencang. Ia dan keluarga pun mulai menanam pohon elm.
Hasilnya sangat spektakuler. Sebab, tidak tanaman Baraaduuz yang tumbuh subur, tetapi juga perkebunan pohon kecilnya. Sejak itu, ia terus merawat hingga perkebunan itu jadi oase hijau. Tak ayal Baraaduuz sampai jadi sorotan.
Baraaduuz Demchig, perawat oase hijau di Gurun Gobi. (Foto: Mai Khoi/Facebook)
Menurut data dari Pemerintah Mongolia, penggurunan memengaruhi nyaris 98 persen dari provinsi terbesar di Mongolia, kecuali Umnugovi dan tanah milik Baraaduuz.
ADVERTISEMENT
“Tahun pertama sangatlah sulit. Saat itu adalah tahun yang dipenuhi angin dan pasir. Namun, di tahun kedua, pohon sudah cukup tinggi untuk melindungi sayur-sayurku,” kenang Baraaduuz.
Boleh jadi 16 hektare oase tersebut tidak ada apa-apanya dibanding hamparan Gurun Gobi. Namun, estimasi pohon yang sudah ditanam di gurun tersebut mencapai 400 ribu. Banyak yang kemudian dijual ke petani yang ingin mencontoh caranya.
Cucu penerus oase di Gurun Gobi. (Foto: Mai Khoi/Facebook)
“Saya jadi percaya pada pohon dan mulai mencintai pohon. Orang-orang juga mulai minta memberikan mereka pohon, jadi saya mulai tanam dan tanam terus,” kata Baraaduuz.
Bila melihat hamparan Gurun Gobi yang tandus, tentu hanya segelintir saja tanaman yang bisa tumbuh. Namun, Baraaduuz kini bisa menanam Hippophae, rasberi, dan buah-buahan lainnya, yang mana adalah capaian luar biasa.
ADVERTISEMENT
Kini Baraaduuz sudah terlalu tua untuk memelihara oase besar itu, menurunkannya kepada sang cucu. Hanya, tentu ambisi dan ketekunan petani tua itu tetap melegenda di antara komunitas yang berbatasan dengan Gurun Gobi. Pemerintah Mongolia sendiri menetapkannya sebagai percontohan. (bob)