Mengapa Kita Sering Sebut Gopek, Ceban, hingga Gocap, Itu Asalnya dari Mana?

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
21 April 2022 14:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi uang baru. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang baru. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Istilah penyebutan nominal uang yakni gopek (Rp500), ceban (Rp10 ribu), hingga gocap (Rp50 ribu) bukanlah hal asing bagi publik Tanah Air. Apalagi, penyebutan tersebut sering dipakai di beberapa daerah. Mulai dari Jakarta (Jabodetabek), Surabaya hingga Medan.
ADVERTISEMENT
Tapi, tahukah kamu bahasa tersebut ternyata bukan dari Bahasa Indonesia. Namun, pengucapan itu sangat sering dipakai saat berbelanja di pasar, tokoh, swalayan, minimarket, hingga mal. Tatkala, para pedagang dan pembeli kerap mengucapkan nominal tersebut.
Nah, berikut fakta menarik tentang asal usul pengucapan gopek, ceban, dan gocap yang kini telah merupakan bahasa sehari-hari.
Bahasa Hokkien
Tak dimungkiri, warga keturunan Tionghoa cukup banyak tinggal di Tanah Air. Bahkan, mereka menjalankan bisnis atau menjadi pengusaha dan perlahan mempengaruhi Bahasa Indonesia terutama ketika transaksi jual beli.
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
Nah, penyebutan gopek, ceban, hingga gocap ternyata berasal dari Bahasa Hokkien yang merupakan salah satu dialek di Bahasa Mandarin.
Menurut berbagai sumber, bahasa tersebut adalah Bahasa Banlamwe atau Munnanhua yang sering digunakan penduduk di Provinsi Fujian. Bahasa ini asli berasal dari rumpun Minnan Selatan di Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Pengaruh pedagang Tionghoa
Perkembangan bahasa gopek, ceban, hingga gocap dan lain sebagainya dikabarkan sangat dipengaruhi para pedagang Tionghoa di Tanah Air.
Pegawai menghitung uang rupiah di gerai penukaran uang Ayu Masagung di Jalan Kramat Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (7/11). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Dikabarkan, dulunya, para pedagang menyebutkan jumlah uang Rp500 menjadi gopek hingga gocap atau Rp50 ribu karena dianggap mudah diucapkan.
Selain itu, kebiasaan para pembeli dengan selalu mendengar hingga mengingat bahasa tersebut menyebabkan publik Tanah Air terbiasa dengan penyebutan jumlah nominal uang itu di berbagai pusat perbelanjaan terutama di pasar atau mal.
Menjadi bahasa sehari-hari
Terkadang, membeli rokok atau makanan ringan, kita kebanyakan tak lagi menyebut Rp500 hingga Rp50 ribu. Banyak orang hingga muda-mudi saat ini mengucapkan gopek, ceban, dan gocap ketika akan membeli sesuatu.
Ilustrasi memberi uang. Foto: Shutterstock.
Apalagi, kini di daerah perkotaan pemakaian Bahasa Hokkien juga sudah menyebar dan diketahui banyak warga +62. Tidak hanya itu, istilah harga tersebut juga telah masuk di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
ADVERTISEMENT
Nah, itulah penjelasan dan asal usul penggunaan bahasa gopek, ceban, dan gocap yang masih kita pakai saat ini saat membeli barang. Selain itu, perlu kamu ketahui penyebutan harga dalam bahasa Hokkien tak hanya tiga hal tersebut.
Untuk Rp100 disebut cepek, Rp100 (seceng), Rp2.000 (noceng), Rp20.000 (noban), dan masih banyak lagi. (fre)