Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengintip Masjid Unik di Area Tol yang Diarsiteki Ridwan Kamil
26 Januari 2021 9:00 WIB
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika biasanya kita menjumpai masjid identik dengan kubah di atasnya, namun berbeda dengan masjid satu ini. Bangunan vercat abu-abu ini berada di KM 88 Tol Purbaleunyi yang menuju Jakarta. Dengan tinggi 15 meter dan bentuk yang unik, orang awam mungkin tak menyangka jika bangunan itu adalah masjid.
ADVERTISEMENT
Masjid yang bernama Masjid Al-Safar ini adalah hasil desain Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan teman-teman dari Urbane Indonesia. Memiliki bentuk yang ini, disinyalir para arsitek ingin membuat masjid ini menjadi pusat perhatian.
"Kami ingin masjid ini menjadi pusat perhatian di tengah kawasan antah berantah ini," ucap Kepala Perencanaan Pembangunan Masjid Al Safar, Reza A. Nurtjahja.
Dengan bentuk yang asimetris, bangunan ini memiliki luas 900 meter persegi. Banyak yang menyebut bentuk bangunan ini mirip dengan ikat kepala masyarakat Sunda, namun ada pula yang menyebutnya serupa dengan peci.
Dari luar dan dalam rest area , Masjid Al Safar memang menarik perhatian. Selain bentuk bangunan yang tidak biasa, kawasan sekitar masjid pun dibuat nyaman untuk sekadar menjadi tempat beristirahat.
Adanya beberapa kolam berbentuk segitiga dan tempat duduk yang memanjang di pinggir kolam, membuat suasana di sekitar masjid relatif lebih dingin ketimbang titik lain di rest area itu.
ADVERTISEMENT
“Memang kami buat desainnya untuk masjid tetap ikonik tapi tidak menjadi eksklusif, sehingga jadi bagian aktivitas rest area," kata Reza.
Bagian interior masjid, tampak mengerucut di bagian atap belakang dan di depan dekat tempat imam. Menariknya, jika diperhatikan pada bagian dalam masjid tidak ada tiang satupun. Dalam cetak biru tim Urbane yang diberikan kepada kumparan (kumparan.com), mereka sengaja meniadakan tiang dalam masjid. Pasalnya, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Anas bin Malik, menyebutkan pada masa Rasulullah, salat dekat tiang dihindarkan. Keberadaan tiang dianggap mengganggu shaf atau barisan salat.
Reza juga menyebut teknologi yang ada saat ini juga telah memungkinkan bangunan berdiri tegak tanpa ada tiang. “Jadi lebih baik untuk masjid didesain tanpa tiang,” ungkapnya.
Selain tanpa tiang, konsep tempat jemaah perempuan beribadah dibuat lebih tinggi dengan desain mezanine. Untuk menuju tempat salat jemaah perempuan dibuat jalur menanjak, tanpa anak tangga (ramp). Desain jalan menanjak sebagai jalur berpindah lantai juga pernah dipakai tim Urbane saat merancang Museum Peringatan Tsunami di Banda Aceh.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk bisa berdiri tegak seperti saat ini, Masjid Al Safar sempat terganggu pembangunannya. Mulai dibangun pada 2013, pembanguan sempat terhenti pada 2014 ketika bangunan baru mencapai 30 persen.
Pada awal pembangunan, pihak swasta yang berperan sebagai kontraktor tidak bisa melanjutkan pembangunan. Baru pada 2017 pembangunan dilanjutkan oleh PT Jasa Marga Property. “Dimulai lagi pada Januari, kami kejar pembangunan sebelum bulan Ramadhan, sehingga bisa dipakai saat itu,” kata Asisten Manager Pemasaran Jasa Marga Properti, Sofi Ratna Furi.
Dana pembangunan masjid, jelas Sofi, dari perusahaannya. Sekitar Rp 10 miliar dihabiskan untuk membangun kompleks rumah ibadah dengan luas total 1.200 meter persegi.
Meski baru diresmikan beberapa hari dan bulan Ramadhan belum tiba, Masjid Al Safar sudah cukup banyak disinggahi pengguna jalan tol. Taufik, marbut masjid, menyebutkan jemaahnya kini menjadi lebih banyak. “Dibandingkan dengan masjid yang terdahulu, jauh lebih banyak sekarang, Alhamdulillah,” katanya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya pengurus masjid, beberapa pengguna tol yang singgah pun merasa senang dengan adanya tempat ibadah baru itu. Semisal Zuraida, warga Jakarta yang sering mengunjungi anaknya di Bandung. Setelah ada masjid ini, dia berencana akan menjadikan KM 88 perberhentian rutinnya. “Sekarang lebih enak istirahat di sini saja. Suasananya enak sekali untuk salat,” ujarnya.
(mon)