Konten dari Pengguna

Nasib Pria Jadi Joki Vaksin COVID-19, dalam Sehari Bisa Disuntik 10 Dosis

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
16 Desember 2021 11:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dosin vaksin. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dosin vaksin. Foto: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Tak dimungkiri, pandemi COVID-19 masih mengundang tanda tanya hingga banyak pihak masih meragukan penyakit ini. Tak ayal, hal itupun mengakibatkan beberapa orang enggan divaksin lantaran menduga wabah virus corona dan kegiatan vaksinasi merupakan sebuah bisnis.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang terjadi kepada sebagian warga Selandia Baru yang juga tidak bersedia divaksin. Bahkan, mereka nekat menggunakan joki demi mendapatkan sertifikat yang merupakan syarat perjalanan di negara Oseania tersebut.
Mengutip Oddity Central, seorang pria teridentifikasi melakukan hal tersebut demi mendapatkan uang. Tak main-main, ia bersedia disuntik vaksin COVID-19 sebanyak 10 kali dalam sehari hingga membuat pemerintah setempat menyelidiki kasus tersebut.
Dikabarkan, sebagian warga Selandia Baru masih tidak mempercayai COVID-19 hingga membuat mereka menggunakan jasa joki agar mendapat sertifikat vaksin. Hal ini dilakukan lantaran mereka tidak bersedia disuntik dan disebut-sebut rela membayar mahal joki yang bersangkutan.
Peristiwa yang diketahui terjadi Kota Auckland tersebut pertama kali dibeberkan oleh salah satu media lokal setempat. Dalam liputan khusus tersebut, seorang pria yang dirahasiakan identitasnya mengaku bekerja sebagai joki dan disuntik 10 dosis dalam sehari.
Ilustrasi vaksinasi. Foto: Shutterstock.
Disebutkan, joki yang bersangkutan mengunjungi sejumlah pusat vaksinasi berbeda di Kota Auckland. Ia menggunakan identitas warga yang membayarnya dan merelakan dirinya disuntik sebanyak 10 kali dalam sehari.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hal mengejutkan pun terungkap. Pria yang bersangkutan dikabarkan dengan mulus melakukan profesinya itu lantaran syarat vaksinasi di Selandia Baru ternyata hanya menunjukkan satu hingga dua identitas.
Hal inilah yang membuat joki yang bersangkutan tidak dicurigai oleh petugas vaksinasi. Lebih mengagetkan lagi, meski dirinya divaksin sebanyak 10 kali dalam sehari, pemilik sertifikat vaksin tersebut dikabarkan bisa dialihkan menjadi nama orang yang membayarnya.
Usai peristiwa itu viral hingga ramai diperbincangkan, kepolisian setempat dikabarkan tengah menyelidiki kasus mengagetkan tersebut. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Selandia Baru mengakui bahwa kegiatan vaksinasi tidak memerlukan identitas lengkap terutama bagi kaum tunawisma, orang tua, hingga difabel.
Ilustrasi vaksina COVID-19. Foto: Shutterstock.
Mereka mengungkapkan, pemerintah setempat tidak ingin memberi hambatan dengan memberi persyaratan rumit untuk peserta vaksinasi. Hal inilah yang diduga dimanfaatkan oleh kaum pengangguran hingga membuat beberapa orang yang telah mendapat sertifikat vaksin kebanyakan menggunakan joki.
ADVERTISEMENT
"Warga yang tidak memiliki tanda pengenal dengan foto adalah orang-orang yang tidak proporsional dalam kelompok rentan seperti tunawisma atau transien, orangtua, orang muda, difabel. Kami juga tidak ingin membuat hambatan dalam kegiatan vaksinasi," ucap juru bicara Kementerian Kesehatan Selandia Baru.
Sementara itu, menurut Helen Petousis-Harris sebagai, ahli vakinasi dari Universitas Auckland menyebut para joki tersebut tidak akan meninggal dunia meski telah divaksin 10 kali. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa orang yang bersangkutan akan menderita efek samping yang sangat serius.
Mulai dari demam tinggi, sakit kepala, hingga nyeri di badan. Tiga gejala ini disebut akan diderita oleh para joki tersebut jika telah disuntik 10 dosis vaksin COVID-19 dalam sehari.
"Kita tahu bahwa dosis yang lebih tinggi menghasilkan reaksi vaksin yang lebih umum, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri. Jadi, seseorang mungkin akan mengalami efek samping dan akan menderita pusing berat keesokan harinya,” ucap Helen Petousis-Harris. (fre)
ADVERTISEMENT