Konten dari Pengguna

Seberapa Akurat Poligraf Sebagai Alat Deteksi Kebohongan?

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
28 Mei 2022 15:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Alat pendeteksi Kebohongan (Poligraf). Foto: liedetectors-uk.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Alat pendeteksi Kebohongan (Poligraf). Foto: liedetectors-uk.com
ADVERTISEMENT
Poligraf sebagai alat deteksi kebohongan sering digunakan sejumlah aparat hukum terutama pada zaman dulu. Seseorang yang berbohong disebut-sebut akan ketahuan jika menggunakan alat ini karena dianggap ampuh mengetahui kejujuran seseorang.
ADVERTISEMENT
Alat yang telah dipakai sejak tahun 1890-an ini ternyata sering digunaan pihak berwajib untuk mengungkap kasus saat menginterogasi pelaku. Lalu, seberapa akuratkah poligraf dalam mengetahui kejujuran seseorang?
Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Mengukur Tanda-Tanda Kebohongan

Ilustrasi Alat pendeteksi Kebohongan (Poligraf). Foto: Twitter/@indberitanews
Tahukah kamu poligraf kerap disebut sebagai alat pendeteksi kebohongan yang banyak digunakan di berbagai negara pada zaman dulu. Namun, poligraf ternyata hanya mengukur tanda-tanda kebohongan.
Artinya, setiap orang yang menggunakan alat ini bakal diuji dan akan berfokus dengan tanda-tanda psikologis dan kondisi tubuh. Mulai dari keluarnya banyak keringat, detak jantung, munculnya rasa gugup atau gelisah, juga pola napas dan tekanan darah.

Poligraf Dapat Diakali

Ilustrasi Pelaku Kriminal. Foto: kumparan
Pada zaman dulu, banyak orang tidak bersalah malah dihukum akibat penggunaan poligraf. Pun sebaliknya. Pasalnya, keakuratan alat ini dianggap mudah diakali oleh pelaku kejahatan yang cenderung sangat pintar menyembunyikan tanda-tanda kebohongannya.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya keringat, denyut jantung, hingga tekanan darah yang bisa diakali dengan bersikap tenang dan rileks agar tanda-tanda tersebut tidak terlihat. Apalagi, saat menggunakan alat deteksi tersebut, ketika detak jantung meningkat maka akan disimpulkan berbohong.
Hal-hal itu dinilai tidak sepenuhnya akurat karena tak semua orang merasa ketakutan atau cemas hingga mengeluarkan gejala-gejala tertentu ketika dihadapkan dengan poligraf. Hingga banyak orang dapat mengecoh alat ini dan lolos dari jeratan hukum.
Sebaliknya, seseorang yang sama sekali tidak melakukan pelanggaran hukum justru dapat berujung di penjara. Sebab, kondisi psikologis setiap orang berbeda-beda ketika menghadapi tekanan ataupun ketika diinterogisi menggunakan poligraf.

Tanda Psikologis dan Kondisi Tubuh Tidak Akurat Menyimpulkan Kebohongan

Ilustrasi Penjara. Foto: Shutter Stock
Meski sebagian pakar menyebut ketika seseorang berbohong akan memunculkan tanda, namun hal itu ternyata tidak selalu demikian. Tanda-tanda itu kemudian dapat terlihat, termasuk terdeteksi menggunakan mesin poligraf. Biasanya, poligraf akan berbunyi atau mengeluarkan listrik bertegangan rendah jika mendeteksi tanda kebohongan.
ADVERTISEMENT
Namun, mesin ini dianggap hanya menilai kondisi psikologis orang ketika diinterogasi. Hal inilah yang kemudian membuat mesin poligraf tidak lagi digunakan pihak berwajib di berbagai negara ketika menginterogasi orang. Sebab, tanda-tanda psikologis dan kondisi tubuh ternyata tidak selalu menyimpulkan seseorang melakukan kebohongan.
Sebut saja seseorang yang memiliki sifat psikopat. Poligraf tidak akan mampu mengetahui kebohongan karena orang itu sangat pintar menyembunyikan gelagat atau tanda-tanda mencurigakan.
Oleh karenanya, banyak negara termasuk di Tanah Air lebih mengandalkan bukti-bukti akurat seperti rekaman CCTV, jejak pelaku, hingga sidik jari DNA untuk mengungkap kasus ketimbang menggunakan mesin poligraf. (fre)