Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Soroti Belajar Online, Orang Tua Ini Khawatir Anak Jadi Generasi 'Asal-asalan'
12 September 2020 15:25 WIB
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Imbas pandemi virus corona, kegiatan belajar dan mengajar yang biasanya bertatap muka di sekolah harus dilakukan secara jarak jauh di rumah masing-masing. Namun, beberapa orang tua merasa cara tersebut tidak efektif.
ADVERTISEMENT
Seperti orang tua satu ini yang merasa khawatir sistem belajar online di tengah pandemi menumbuhkan sikap buruk terhadap anaknya. Lewat Facebook, ia curhat mengenai anaknya yang jadi melakukan tugas-tugas hanya untuk sekadar formalitas belaka.
"Khawatir corona ini akan mencetak generasi formalitas belaka. Maksudnya generasi yang asal bapak senang, asal sudah foto, asal sudah absen, dan asal-asalan yang lain,” ujar Zie dalam unggahannya.
Adapun Zie mulai merasakan kebiasaan buruk anaknya tersebut saat diberi tugas oleh gurunya untuk membantu pekerjaan di rumah. Ia mengaku memang sudah mengajarkan anaknya membantu pekerjaan rumah tangga. Ia pun telah membuat jadwal sendiri untuk anaknya.
Namun, pada suatu waktu diberi tugas yang tak ada dalam jadwal sehari-hari, anak perempuan Zie jadi meminta ayahnya untuk ikut berbohong. Sang anak bersiasat untuk pura-pura membersihkan toilet untuk dikirimkan ke guru sebagai laporan tugas.
“Anak kecil sudah bisa ngajarin orang tua buat berpura-pura?! Pendidikan macam apa ini?!" ujar Zie mengungkapkan rasa khawatirnya.
ADVERTISEMENT
Meski sadar niat baik dari sekolah yang memberikan tugas seperti itu kepada anaknya, ia menyayangkan karena timbul pula efek meremehkannya dan hanya dikerjakan untuk formalitas saja.
Cara tersebut, bagi Zie, juga bisa merusak karakter anak-anak yang sebelumnya jujur dan polos. Tentu pada akhirnya, menurut pria asal Yogyakarta tersebut, orang tua jadi yang harus tetap menjaga dan memberi pengertian pada anak-anak mereka.
"Saya tahu, pihak sekolah punya maksud dan tujuan yang baik dengan memberikan tugas semacam itu. Tapi efek samping yang seperti di atas sepertinya tidak pernah dibahas atau terpikirkan oleh para pendidik," ungkap Zie.
Sayangnya, melihat kebanyakan sikap orang tua di Indonesia, Zie pesimis. Ia kemudian memberi contoh ketika para orang tua bersepeda dengan dalih olahraga, kegiatannya justru hanya berfoto dan makan-makan.
"Ngomongin orang tua, seberapa banyak sih dari kita yang bisa jujur? Kalau orang tuanya masih suka bawa sepeda pakai mobil ke alun-alun kota, lalu foto-foto dengan dalih olahraga, padahal cuma numpang foto dan makan-makan tanpa mengayuhnya, habis itu pulang lagi, Yo sami mawon (ya sama saja)!" ujarnya menutup cerita.
ADVERTISEMENT
Unggahan tersebut pun sempat viral dan menuai banyak komentar. Kebanyakan orang tua berpendapat sama seperti Zie, merasa anak-anaknya jadi hanya mengirimkan foto untuk formalitas saja lantaran tugas terlalu spesifik.
Seperti kata Anik Rahmawati, para guru sebenarnya punya niatan baik agar anak-anak benar melakukan kegiatan-kegiatan positif. Namun, agar murid tidak membuat bukti hanya sebagai formalitas, ia menyarankan guru membuat tugas yang tidak spesifik.
“Lebih baik misalnya tugas untuk membantu orang tua. Nah, ketika anak melakukan tugasnya, membantu orang tua, difoto dan dikirim ke guru. Membantu orang tua kan bisa apa saja, bahkan mungkin sudah jadi keseharian anak," jelas Anik. (bob)