Konten dari Pengguna

Tak Sembarangan, Ternyata Begini Aturan Pemberian Nama di Jepang

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
11 Juli 2022 13:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Orang tua di Jepang melakukan tradisi Okuizome. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua di Jepang melakukan tradisi Okuizome. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Warga Jepang, Korea, dan China memiliki penulisan nama berbeda dari kebanyakan negara. Alih-alih di belakang, mereka menempatkan nama keluarga terlebih dahulu alias berada di depan.
ADVERTISEMENT
Mengutip Escape To Asia, penulisan itu disebut “Urutan Nama Timur”. Sudah menjadi budaya bagi orang Jepang, Korea, dan China untuk menempatkan nama keluarga terlebih dahulu, baru nama pemberian orang tua.
Sejatinya, beda dengan Amerika Serikat dan kebanyakan negara terutama di Eropa yang menggunakan istilah “nama depan” dan “nama belakang”, Jepang, Korea dan China memakai istilah “nama pemberian” dan “nama keluarga”.
Sejumlah siswa sekolah dasar menghadiri kelas pada hari pertama semester baru di Wuhan, Hubei, China, Selasa (1/9). Foto: STR/AFP
Alasan yang umum dari penggunaan penulisan tersebut adalah karena struktur tata bahasanya. Nama pemberian dan nama keluarga semacam pasangan seperti kata benda dan kata sifat.
Sementara menurut pakar bahasa dan budaya, Shayn McCallum, menyebut kemungkinan penggunaan format unik itu guna menghormati leluhur, sehingga nama keluarga dinilai lebih penting dari nama pemberian.
ADVERTISEMENT
“Mungkin untuk penekanan yang pada klan atau keluarga, khas dari budaya yang dipengaruhi Konfusianisme,” ujar McCallum.
Tak hanya Jepang, Korea, dan China saja, cara penulisan dengan menempatkan nama keluarga di depan juga dilakukan Taiwan, Kamboja, Vietnam, serta beberapa wilayah di India. Menariknya, Hungaria jadi satu-satunya negara Eropa yang juga menerapkannya.
Kagawa melakukan selebrasi. (Foto: Reuters/Michaela Rehle)
Namun, menurut Erik Painter dari University of Washington yang sempat tinggal di Negeri Sakura, penggunaan struktur nama tersebut tak lain hanya karena budaya. Khususnya untuk Jepang, juga atas permintaan pemerintah.
Sebelum 1870, penduduk Jepang tidak menggunakan nama belakang, hanya kaum elite saja yang mengikuti budaya China. Barulah kebiasaan tersebut terjadi saat pemerintah membutuhkan nama belakang.
Namun, sekitar 150 tahun lalu, dikatakan oleh Badan Urusan Kebudayaan bahwa Jepang mengadopsi gaya penulisan barat guna modernisasi dan menginternasionalkan. Hanya saja, eks Perdana Menteri Shinzo Abe, pada 2019 silam, mendorong agenda agar rakyat Jepang kembali ke kebiasaan lama.
ADVERTISEMENT
“Penting untuk semua di dunia mengenali keragaman bahasa dan budaya saat hidup di tengah masyarakat yang semakin mengglobal,” ujar Menteri Pendidikan Masahiko Shibayama. “Penting buat mengubah tradisi Jepang dan nama kembali ke depan,” lanjutnya. (bob)