Konten dari Pengguna

Temuan Mengejutkan soal Kebiasaan Mengupil dengan Risiko Alzheimer

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
8 November 2022 10:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ngupil Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ngupil Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebuah studi terbaru berdasarkan penelitian terhadap tikus baru-baru ini bikin geger lantaran menemukan kaitan mengupil dengan risiko penyakit demensia atau alzheimer alias pikun.
ADVERTISEMENT
Mengutip Science Alert, dalam kasus di mana seseorang mengupil sampai melukai atau merusak jaringan internal, spesies bakteri akan punya jalur lebih jelas menuju otak. Nah, dari sana, otak merespons kehadirannya menyerupai tanda-tanda penyakit Alzheimer.
Temuan tersebut sejauh ini didasarkan pada tikus, tapi dinilai layak diselidiki lebih lanjut. Penelitian itu juga diharapkan meningkatkan pemahaman kita mengenai bagaimana Alzheimer dimulai, yang hingga kini masih jadi misteri.
Penelitian tersebut dilakukan para ilmuwan dari Griffith University di Australia. Mereka melakukan tes bakteri Chlamydia pneumoniae, yang mana bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan pneumonia. Bakteri tersebut juga ditemukan pada mayoritas otak manusia yang terkena demensia onset lambat.
Ilustrasi otak manusia. Foto: pixabay/TheDigitalArtist
Pada tikus, bakteri itu dapat melakukan perjalanan ke saraf penciuman, yang mana bergabung dengan rongga hidung dan otak. Ketika terjadi kerusakan pada epitel hidung (jaringan tipis di sepanjang atap rongga hidung), infeksi saraf semakin parah.
ADVERTISEMENT
Ini berujung pada otak tikus menyimpang lebih banyak protein amiloid-beta—protein yang dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi. Plak (atau gumpalan) protein tersebut juga ditemukan dalam konsentrasi yang signifikan pada orang berpenyakit Alzheimer.
"Kami yang pertama menunjukkan Chlamydia pneumoniae bisa langsung naik ke hidung dan ke otak, di mana bisa memicu patologi yang terlihat seperti penyakit Alzheimer," kata ahli saraf James St John dari Griffith University di Australia.
Para ilmuwan kaget dengan cepatnya C. pneumoniae menyerang sistem saraf pusat tikus, dengan infeksi terjadi 24 hingga 72 jam. Diperkirakan, bakteri dan virus melihat hidung sebagai rute cepat ke otak.
Efeknya memang belum bisa dipastikan sama terhadap manusia. Namun, penting untuk menindaklanjuti ciri-ciri menjanjikan dalam perjuangan memahami kondisi neurodegeneratif umum tersebut. Karenanya, perlu dilakukan terlebih dahulu studi terhadap manusia.
Orang tua sakit Alzheimer. Foto: Pixabay
"Ini adalah penelitian yang telah diusulkan banyak orang, tapi belum selesai. Apa yang kami ketahui adalah bakteri yang sama ada pada manusia, tapi belum diketahui bagaimana mereka sampai di sana," ujar St John.
ADVERTISEMENT
Penelitian lanjutan sudah direncanakan, tapi sampai saat itu, St John dan koleganya menyarankan mengupil atau mencabut bulu hidung bukan ide yang bagus karena potensi kerusakan yang terjadi pada jaringan pelindung hidung.
Guna penelitian lanjutan itu adalah mencari tahu soal apakah peningkatan deposit protein amiloid-beta merupakan respons imun alami dan sehat yang dapat dibalikkan saat melawan infeksi.
Seperti diketahui, alzheimer atau pikun merupakan penyakit yang sangat rumit. Usia 65 tahun, faktor risiko semakin tinggi. Beberapa faktor lain juga masih diteliti karena penyebabnya bukan cuma umur, melainkan juga paparan lingkungan.
"Kami berpikir bahwa bakteri dan virus sangat penting," kata St John. (bob)