11 Siswa SLB A YPAB Ikuti USBN SD

Konten Media Partner
22 April 2019 13:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana ujian di SLB A YPAB Surabaya. Foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Suasana ujian di SLB A YPAB Surabaya. Foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Jam menunjukkan pukul 09.30, tak berapa lama kemudian bel berbunyi. Sontak beberapa siswa dari ruangan bertuliskan 'Ruang 2' berhamburan keluar. Ada 6 siswa dalam ruangan tersebut. Mereka keluar kelas untuk istirahat usai mengerjakan soal ujian sesi pertama.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak istirahat selama 30 menit, setelah itu mengerjakan soal pendidikan agama sampai jam 12 siang," kata Sutaryono, Kepala Sekolah SLB A YPAB Surabaya, saat ditemui Basra, Senin (22/4).
Hari ini merupakan hari pertama pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) jenjang SD. Ada dua mata pelajaran yang kerjakan yakni Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama.
Di Sekolah SLB A YPAB Surabaya terdapat 11 siswa kelas 6 yang mengikuti USBN. Mereka terbagi dalam dua kelas, masing-masing berisi 6 siswa dan 5 siswa. SLB A merupakan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki masalah pada penglihatannya (tuna netra).
"Siswa kami bagi dalam dua kelas berdasar kemampuannya. Untuk kelas A bagi anak-anak yang secara pengetahuan dan pemahaman membacanya tidak ada masalah. Sedangkan kelas B bagi anak-anak yang pemahamannya masih kurang," jelas Sutaryono.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Sutaryono, pemisahan tersebut sengaja dilakukan mengingat soal ujian yang dikerjakan berbeda. Dimana soal ujian disusun berdasarkan kemampuan dan pemahaman siswa.
"Kami dapat master soal ujian dari Diknas kemudian kami diberi kewenangan untuk mengedit soal tersebut sebelum dicetak. Soal kami edit sesuai kemampuan siswa disini baru kami terjemahkan ke dalam braile," ujarnya.
Master yang diberikan Diknas, lanjutnya, merupakan soal untuk siswa reguler sehingga pihaknya masih harus mengedit sekaligus menerjemahkannya dalam braile.
"Yang penting tidak melenceng dari master soal. Untuk cetak kami lakukan sendiri," tukasnya.
Sutaryono juga menuturkan jika menerjemahkan soal materi ujian ke braile cukup menguras tenaga dan waktu. Dan ini sudah dilakukan SLB A sejak dua tahun lalu.
"Sudah dua tahun ini kami harus mencetak sendiri soal materi ujian. Sementara master nya dari Diknas," simpulnya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT