Anomali, Tantangan Bagi Mereka yang Harus Berada di Rumah Saja Saat Pandemi

Konten Media Partner
5 April 2021 6:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para penulis buku 'Anomali'. Anomali menjadi tantangan bagi mereka yang harus berada di rumah saja saat pandemi. Foto: Dok.pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Para penulis buku 'Anomali'. Anomali menjadi tantangan bagi mereka yang harus berada di rumah saja saat pandemi. Foto: Dok.pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anomali, sebuah kata yang bermakna tidak seperti yang pernah ada atau sesuatu yang tidak biasa. Ini menjadi sebuah tantangan bagi peserta kelas menulis batch 3 yang digelar Padmedia Publisher. Di masa pandemi, kelas menulis daring memang menjadi salah satu solusi bagi mereka yang terjebak di rumah saja. Anomali pun lantas dipilih sebagai judul sebuah buku kumpulan cerpen para penulis tersebut.
ADVERTISEMENT
"Anomali menjadi judul sebuah buku kumpulan cerpen, dimaksudkan sebagai tantangan dari para guru dan pihak penyelenggara kelas menulis cerpen daring ini. Ketika sebuah buku anatologi menjamur, kemudahan menerbitkan buku terbuka lebar, maka tantangan bagi para penulis, apalagi yang baru belajar menulis, adalah bagaimana menemukan sesuatu yang tidak biasa, baik ceritanya, cara berceritanya, sudut pandangnya, maupun eksekusinya," jelas Wina Bojonegoro, CEO Padmamedia, saat peluncuran buku 'Anomali' secara virtual, (4/4).
Lebih lanjut Wina mengungkapkan, kelas menulis cerpen batch 3 ini sebenarnya berlangsung hanya sepuluh minggu melalui aplikasi zoom, dengan menghadirkan 8 guru atau nara sumber penulis skala nasional, antara lain Damhuri Muhammad, Sunlie Thomas Alexander, Yanusa Nugroho, Kurnia Effendi, Ni Komang Ariani, Yusri fajar, Mashdar Zainal dan Wina Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
"Namun di tangan para mentor, kelas yang seharusnya hanya 10 minggu itu bisa menjadi 4 bulan karena proses pematangan naskah, kurasi dan editing," imbuh Wina.
Kelas yang diikuti oleh 26 peserta dari berbagai kota dan belahan dunia ini akhirnya menghasilkan 22 tulisan yang dinilai anomali. Dikatakan Wina, ke 22 karya tulis tersebut memerah segala kemampuan, melalui riset beberapa bulan dan diskusi panjang antar sesama murid dan guru. Dari 26 peserta kelas menulis lantas terpilih 17 penulis yang karyanya dibukukan.
Karya Doan Widiandhono dalam Cerita Pendek Tentang Cerita-cerita Pendek misalnya. Doan berkisah tentang cerita fantasi terkait catatan kehidupan seorang moralis yang ternyata tidak lolos menuju pintu surga, hanya karena persoalan selilit (sisa makanan yang terselip di gigi).
ADVERTISEMENT
Mirip dengan cerita Quo Vadis Justitia yang ditulis Evie Suryani, akankah kita lolos dari api neraka jika di dunia kita tidak berlaku adil pada sesama manusia?
Cerita senada ditulis oleh Tedy Heryadi, Dua Penulis Jasa di Insulinde, menggunakan metafor malaikat yang bertukar peran dalam mencatat kebaikan dan keburukan, ternyata manusia hanyalah hamba-hamba yang pamrih.
Kisah-kisah fantasi juga dapat ditemukan di buku ini, antara lain Celung karya Adekaart. Kisah anomali tentang pesugihan, kita biasa mengenal tuyul atau babi ngepet. Di cerpen ini pesugihannya adalah kucing hitam.
Candala Dan Sepasang Pembunuh Bayaran adalah karya Winda Listyani yang juga kategori fantasi, bagaimana sepasang sepatu dapat menjadi pembunuh.
Dunia Tanpa Tuan sebagai karya utama Endang P.Uban merupakan sebuah anomali POV, di mana yang menjadi narator adalah sifat-sifat di dalam diri manusia. Dunia psikologi yang bertautan dengan legenda atau mitos dibahas dalam Tulah Asmara karya Eva K. Sundari yang mengangkat kehidupan anak-anak mongolid.
ADVERTISEMENT
Sementara benda-benda bicara juga ditemukan dalam memahat Ibu karya Hanuta. Bidang Berwarna adalah ruang-ruang dan tembok yang berbicara dan melakukan pengakuan, merupakan karya Jani P. Jasfin yang pertama.
Serupa dengan karya Made D.Adnjani yang diwakili sebuah cermin untuk bertutur tentang manusia. Karya Sari Sahara, Penakata pun merupakan benda bicara penuh kritik bagi manusia yang rakus dan penuh intrik. Seperti yang ditulis oleh Rie Blora, benda berupa Sampur bicara soal sisi gelap laki-laki dalam dunia Tayub.
Metta Mevlana menulis benar-benar anomali, yaitu merangkai cerita hanya dengan satu titik dalam judul Nukilan dari Bab XI/21 :Hudhud sementara . Iva Hasyim mencatat perjalanan anomali seorang perempuan yang dinilai baki namun kuasa Tuhan akhirnya takdir bicara lain.
ADVERTISEMENT
Lala Khansa adalah peserta termuda di kelas ini, usianya baru 22 tahun, ia menorehkan kisah seorang pelukis yang mengalami kebimbangan dalam menemukan tujuan hidup. Sementara Pada Sebuah Ujung karya Leny Milla justrua mengisahkan seseorang yang ingin segera menemukan akhir, Pada Sebuah Ujung. Sementara Dian KD menuliskan nasib para Sapi aduan yang berakhir di tangan jagal di Madura, Takdir Kacong.
"Buku Anomali ini menjadi buku terlama masa produksinya yang dilakukan Padmamedia. Semoga dapat diterima masyarakat," pungkas Wina.