Banyak Sampah di Sungai Brantas, Kualitas Air Kini Diawasi Sensor Canggih

Konten Media Partner
1 Desember 2022 15:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampilan desain tiga dimensi (3D) sensor pengukur parameter untuk mengetahui kualitas air Sungai Brantas yang digagas oleh Tim CT-Reese Garvi ITS.
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan desain tiga dimensi (3D) sensor pengukur parameter untuk mengetahui kualitas air Sungai Brantas yang digagas oleh Tim CT-Reese Garvi ITS.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melihat kondisi Sungai Brantas yang dipenuhi sampah dari aktivitas masyarakat setempat, menginspirasi tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk membuat sistem monitoring kualitas air berbasis Internet of Things (IoT).
ADVERTISEMENT
Ketiga mahasiswa dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS) ITS ini adalah Rahma Dwi Nur Andini, Shella Anika Andamari, dan Lina Rahmawati.
Salah satu anggota tim, Shella mengatakan, dari lokasi studi kasus yang dilakukan mulai Jembatan Karang Pilang hingga Pintu Air Jagir ditemukan bahwa limbah industri dan limbah masyarakat setempat seringkali dibuang secara langsung di sungai.
Hal ini berdampak terhadap penurunan kualitas air Sungai Brantas, sehingga tidak layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. “Oleh sebab itu, kami menggagas inovasi dengan memanfaatkan sensor untuk monitoring kualitas air sungai,” ucapnya, Kamis (1/12).
Shella menjelaskan, bahwa terdapat dua skema kerja dalam sistem monitoring tersebut. Pertama adalah peletakan sensor pada badan sungai di sekitar Jembatan Karang Pilang dan Pintu Air Jagir.
Tim CT Reese Garvi ITS ketika mempresentasikan inovasi Sistem Kualitas Air berbasis Internet of Things (IoT) dalam bentuk maket 3D pada rangkaian acara KBAI 2022.
Sensor tersebut dapat melakukan pembacaan terhadap kualitas air sungai sesuai dengan parameter yang telah ditentukan antara lain pH, kekeruhan air, kadar garam, dan suhu.
ADVERTISEMENT
Skema yang kedua adalah sistem peringatan dini yang merupakan lanjutan dari skema awal. Saat kualitas air melebihi kadar baku mutu, maka peringatan dini akan dilaporkan kepada stakeholder terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Perusahaan Jasa Tirta 1.
“Nantinya mereka yang akan memantau dan melakukan controlling kualitas air sepanjang Jembatan Karang Pilang menuju Pintu Air Jagir,” jelasnya.
Dalam pemantauan hasil monitoring kualitas air, Shella dan tim menggagas dua alur informasi yaitu untuk perusahaan pengelola sungai dan masyarakat umum.
Data lengkap serta riwayat hasil monitoring hanya dapat diakses melalui aplikasi oleh pihak pengelola sungai seperti Jasa Tirta. Sementara itu, masyarakat juga dapat melihat hasil pemantauan kualitas air secara real time melalui layar yang disediakan dari lokasi sensor diletakkan.
ADVERTISEMENT
"Semoga inovasi ini bisa direalisasikan agar mampu membantu pihak pengelola air bersih dalam menjaga kualitas air," harapnya.
Berkat inovasi tersebut, Shella dan tim berhasil meraih juara III dalam Kompetisi Bangunan Air Indonesia (KBAI) 2022 di Universitas Brawijaya.