Berprestasi, Alfian Melawan Stigma Tunanetra Identik Tukang Pijat

Konten Media Partner
7 Maret 2019 20:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto : Fahmi Aziz
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Fahmi Aziz
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
''Buat apa sekolah, toh nggak kelihatan juga!'' Celaan inilah yang pernah diterima Alfian Andhika Yudhistira, pria Surabaya yang lahir dalam keadaan tunanetra.
ADVERTISEMENT
Alfian adalah sosok spesial. Meski memiliki keterbatasan fisik dalam penglihatan, Alfian telah meraih banyak prestasi. Saat sekolah di SMAN 8 Surabaya, Alfian pernah menjadi Juara 1 Olimpiade Sains Nasional Matematika antar-SMA Inklusi Provinsi Jawa Timur pada 2015. Dalam bidang desain, Alfian juga menjadi pernah menjadi Juara 2 kompetisi E-Design Group Global It Challenge For Youth Disabilities tingkat Nasional pada 2015, bahkan Alfian masuk dalam Tim Indonesia di Global It Challenge For Youth Disabilities Asia-Pasifik pada 2015.
Kata Alfian, kebutaan yang dia alami dikarenakan virus toksoplasma yang tidak terdeteksi saat kehamilan. Virus tokso yang menjangkit di tubuh ibunya ternyata menyerang mata Alfian dan menyebabkan salah satu sarafnya putus. Parahnya, keadaan ini baru diketahui dokter di saat dirinya berusia 3 bulan.
ADVERTISEMENT
Meski tak dapat melihat sejak kecil, orang tua Alfian, Agus Prionggo Warsito dan Sri Wahyuningsih, mencoba membuat Alfian mandiri. Sedari kecil Alfian dilatih 'bisa melihat' dengan kondisinya. ''Mulai dari ambil minum sendiri, menimba air sendiri untuk mandi, semua sudah teratasi sejak kelas 3 SD,'' kata Alfian yang pernah menjadi Juara 2 Invitasi Kontes Public Speaking antar Tunanetra sekota Surabaya pada 2014, .
Dalam lingkungan pertemanan, Alfian juga tak mengalami kesulitan berarti. Justru teman-temannyalah yang kompak membantunya bermain bola semasa kecil. ''Supaya saya bisa mengetahui dimana arah bola, saya minta bolanya diisi kerikil. Jadi saya bisa dengar bolanya ditendang kemana,'' kata Alfian yang tinggal di Gang 2 No. 9/A RT 02 RW 07 Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan Surabaya ini.
ADVERTISEMENT
Tantangan yang dihadapi Alfian justru datang dari keluarga besarnya. ''Pernah saat menerima tamu saat Lebaran seperti itu, saya justru disuruh masuk ke dalam rumah,'' kata pria kelahiran 30 Oktober 1997 ini.
Meski Alfian beberapa kali mengalami tindakan yang diskriminatif, tapi dia berhasil membuktikan tunanetra bisa berprestasi dan menjalani pendidikan di sekolah umum. Selepas lulus dari SMAN 8 Surabaya, kini Alfian sedang menjalani masa perkuliahan di jurusan Antropologi, Universitas Airlangga Surabaya. Alfian tercatat sebagai mahasiswa semester enam.
Alfian memiliki mimpi. Kelak jika dia mempunyai rezeki dia akan mendirikan tempat pelatihan keterampilan khusus tunanetra. Sehingga ada lebih banyak tunanetra yang berdaya secara ekonomi dan sosial. (Reporter : Fahmi Aziz / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT