Billy Mambrasar, Stafsus Jokowi yang Pernah Jadi Tukang Potong Rumput

Konten Media Partner
1 Februari 2020 5:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gracia Billy Mambrasar. Dok. UWKMS
zoom-in-whitePerbesar
Gracia Billy Mambrasar. Dok. UWKMS
ADVERTISEMENT
Tak banyak orang tahu, jauh sebelum terpilih sebagai Staf Khusus Presiden RI, yang menyandang gelar Master of Science dari Oxford University dan Master of Business Administration dari Australian National University, Gracia Billy Mambrasar ini ternyata melakoni pekerjaan sebagai tukang potong rumput.
ADVERTISEMENT
Billy bercerita, saat itu dirinya masih berkuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB). Di masa akhir perkuliahan, Billy sangat ingin mengikuti seleksi pertukaran mahasiswa ke Universitas Harvard, Amerika.
Tapi Billy tak bisa berbahasa Inggris. Jangankan bicara bahasa Inggris secara fluently, sekadar percakapan sehari-hari saja Billy sudah grogi.
"Akhirnya saya cari cara supaya bisa belajar bahasa Inggris gratis. Karena kalau ikut kursus enggak punya biaya. Lalu saya ingat tuh, ada bapak pendeta orang Amerika gitu yang sering olahraga di sekitar ITB. Suatu saat saya kenalan sama dia, saya cerita mau ikut seleksi tapi enggak bisa bahasa Inggris. Ternyata beliau mau ajarin saya. Tapi karena beliau sibuk, jadi satu-satunya cara supaya bisa ketemu saya menawarkan diri kerja bantu-bantu di rumahnya. Saya bantu potong rumput, bantu bersih-bersih rumah. Selama libur semester saya belajar bahasa Inggris sama beliau, dan puji Tuhan saya akhirnya lolos seleksi ke Harvard," kata Billy saat menjadi pembicara di Kuliah Umum Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Rabu (31/1).
Billy bersyukur, kondisi ekonomi keluarga yang sulit telah mendidiknya jadi pribadi tangguh dan tidak mudah menyerah. Berjualan kue di pasar, menyanyi dari kafe ke kafe, bahkan jadi tukang potong rumput pun pernah dia jalani.
ADVERTISEMENT
Untuk masuk SMA saja, Billy harus belajar lebih giat untuk bisa mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua. Termasuk untuk berkuliah di ITB, Billy harus membuktikan dirinya layak dibiayai pemerintah melalui beasiswa afirmasi.
Siapa yang sangka, dalam waktu dekat Billy akan kembali ke Universitas Harvard untuk melanjutkan pendidikan doktoralnya di bidang pembangunan manusia.
"Jadi milenial harus tangguh. Tahu enggak, ternyata milenial Indonesia yang bikin startup, jadi entrepreneur, yang minum kopi di kafe itu hanya 0,48 persen saja. Selebihnya, 99 persen milenial masih susah hidupnya. Mereka masih kerja kuli, jualan di pasar, dan 37 persen dari 16 juta milenial itu putus sekolah SMP," kata Billy saat ditemui Basra, seusai acara.
Karena itu melalui peran baru sebagai Staf Khusus Presiden RI Billy ingin lebih banyak mendorong pemerintah untuk membuat program afirmatif bagi milenial di bawah garis kemiskinan untuk memperbaiki kehidupannya.
ADVERTISEMENT
"Lihat hidup saya, saya orang yang miskin banget susah makan, susah dapat listrik, saya bisa jadi milenial yang produktif. Jangan lihat influencer yang kerjanya jual kemewahan, nanti malah jadi kriminal karena kepengin ini itu tapi enggak mampu. Kita punya power untuk mengubah hidup kita selama kita mau berusaha," kata Billy yang pernah bertemu Presiden Barack Obama sebagai utusan Indonesia di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, pada 2017 ini.