Cara Mendeteksi Gangguan Bicara Sejak Dini

Konten Media Partner
5 November 2019 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr dr Rahayu Setiyaningsih, SpKFR (K). Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Dr dr Rahayu Setiyaningsih, SpKFR (K). Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Anak-anak yang mengalami kasus keterlambatan bicara dan berbahasa umumnya dibedakan menjadi dua yaitu, gangguan fungsional dan gangguan bicara non fungsional.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana cara membedakan gangguan bicara non fungsional dan gangguan bicara fungsional?
Menurut Dr. dr. Rahayu Setiyaningsih, SpKFR (K), spesialis rehab medik RSU Haji Surabaya, keterlambatan bicara fungsional adalah kondisi anak 'hanya' mengalami ketidakmatangan fungsi bicara.
“Umumnya setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional, maka gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan. Inilah yang disebut gangguan bicara nonfungsional,” ungkap dr. Rahayu.
Dokter Rahayu menjelaskan, keterlambatan bicara nonfungsional harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini. Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut.
Keterlambatan dikatakan berat, bila bayi tidak mau tersenyum sampai usia 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan. Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap lingkungan sekitar sampai usia 8 bulan, lalu anak tidak bicara sampai usia 15 bulan, serta tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
ADVERTISEMENT
Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik pada usia tertentu hingga yang sulit membaik.
Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya.
“Kalau anak mengalami keterlambatan bicara, sebaiknya segera lakukan terapi. Karena jika tidak, salah satu masalah yang ditimbulkannya anak mulai memukul kepalanya sendiri lantaran tak bisa mengutarakan keinginan,” imbuhnya.
Selain itu, jika tak segera mendapatkan terapi, pada usia empat jelang masuk TK, anak juga bisa mengalami stres dan tantrum. Sebenarnya, terapi bisa dihindari jika saja anak cukup mendapatkan stimulasi sehingga mencegah keterlambatan bicara.
ADVERTISEMENT
"Rata-rata gangguan bicara terjadi karena kurang stimulasi. Karenanya penting bagi orangtua untuk memberikan stimulasi lebih sering di rumah,” tegasnya.
Selain kurang stimulasi, keterlambatan bicara pada anak juga terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya, orangtua menerapkan bilingual di rumah, adanya keterlambatan di aspek lain, gangguan sensori, dan gangguan pendengaran. Stimulasi tepat pada otot lidah dan mulut juga turut mendukung kemampuan bicara.
Apalagi di era gadget seperti sekarang ini dimana anak kecil selalu sibuk dengan gawai atau TV yang memancarkan gelombang radiasi elektromagnetik yang tinggi.
“Anak jadi sibuk sendiri, sibuk berkomunikasi (satu arah,red) dengan teman virtualnya, yang tentunya akan membuat si anak kehilangan kemampuan berkomunikasi,” simpulnya.