Cara Ortu di Surabaya Sosialisasikan Pilkada ke Penyandang Autisme

Konten Media Partner
2 Desember 2020 17:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ortu perlu sosialisasikan Pilkada kepada penyandang disabilitas, tak terkecuali penyandang autisme. Foto: Dok. KPU Kota Surabaya 
zoom-in-whitePerbesar
Ortu perlu sosialisasikan Pilkada kepada penyandang disabilitas, tak terkecuali penyandang autisme. Foto: Dok. KPU Kota Surabaya 
ADVERTISEMENT
Bagi orang tua anak penyandang disabilitas kerap abai terhadap penggunaan hak pilih buah hatinya dalam pemilu. Namun hal ini tak berlaku bagi Oky Mia Octaviany, Ketua Yayasan Advokasi Sadar Autisme (ASA). Memiliki dua anak penyandang autisme, Oky sudah mensosialisasikan Pilkada 2020 kepada kedua buah hatinya.
ADVERTISEMENT
"Kalau suami saya maunya anak-anak enggak usah ikut nyoblos toh hanya satu suara. Tapi saya enggak bisa, seperti apapun kondisi mereka jika sudah memiliki hak pilih ya harus dipergunakan," tegas Oky dalam webinar 'Sosialisasi Penggunaan Hak Pilih Penyandang Autisme dalam Pilkada 2020', Rabu (2/12).
Meski berbeda, namun Oky tak mau anaknya 'pupuk bawang'. Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), kata Oky, mereka harus tetap menggunakan hak pilihnya.
Oky juga tak menampik jika bukan perkara mudah mensosialisasikan tentang Pilkada 2020 kepada penyandang autisme. Dikatakan Oky, autisme merupakan gangguan neurobiologis yang mengakibatkan adanya gangguan perkembangan yang mencakup gangguan komunikasi, gangguan sosial, dan gangguan adaptasi.
"Secara fisik mereka terlihat dewasa, namun perilakunya tidak sama dengan orang kebanyakan. Bagi anak-anak autisme, berada dalam situasi yang baru bukanlah hal yang mudah karena sulitnya beradaptasi. Nah tugas kita sebagai orang tua bagaimana mereka bisa menerima kondisi atau situasi baru tersebut," papar Oky.
Oky Mia Octaviany, Ketua Yayasan Advokasi Sadar Autisme (ASA), punya cara tersendiri sosialisasikan Pilkada ke penyandang Autisme.
Menurut Oky, orang tua harus sudah jauh-jauh hari mengenalkan kepada anak tentang Pilkada. Penjelasan ini dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan bahasa yang mudah mereka pahami.
ADVERTISEMENT
Penyampaian tersebut perlu dilakukan berulang kali. Pun demikian halnya dengan alat peraga coblosan hingga bagaimana prosesnya, perlu disampaikan berulang-ulang kepada anak.
"Baliho dan pamflet tentang Pilkada kan banyak terpasang di jalan-jalan. Nah kita sampaikan ke anak-anak, misalnya begini 'Dik, itu gambar apa hayo? Kenapa banyak terpasang di jalan-jalan? Di dekat rumah juga ada kan. Itu artinya sudah mau pemilu, pemilu itu apa kira-kira apa ya dik?' contoh sederhananya seperti itu," ujar Oky.
Makin mendekati tanggal pelaksanaan Pilkada, kata Oky, orang tua juga perlu mengingatkannya kepada anak. Ini misalnya dapat dilakukan dengan mengajak anak menghitung hari menuju tanggal 9 Desember.
"Pemahaman tentang alat coblosan juga perlu kita sosialisasikan ke mereka. Alat coblosnya kan pakai paku ya, nah itu ada beberapa anak yang merasa takut jika harus memegangnya. Itu kenapa kita harus aktif dan sabar memberikan mereka pemahaman. Saya malah bikin simulasi coblosan di rumah agar anak-anak mudah memahami," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Yang tak kalah pentingnya, lanjut Oky, adalah memberikan pengertian kepada panitia pemilu tentang kondisi sang anak yang berbeda dengan yang lainnya.
Sementara itu, Agus Turcham, Komisioner KPU Kota Surabaya, menegaskan orang tua anak penyandang berkebutuhan khusus tak perlu risau dengan pelaksanaan Pilkada di tengah pandemi seperti sekarang ini. Ini karena pihaknya telah mengantisipasi adanya kerumunan massa.
"Jam kedatangan untuk mencoblos sudah kita atur melalui formulir undangan, sehingga jangan risau terjadinya penumpukan massa," jelasnya.
Orang disabilitas, lanjut Agus, juga diberi akses kemudahan dalam pelaksanaan coblosan. Misalnya, dapat mendahului nomor antrian hingga diperkenankannya satu pendamping baginya.
"Bisa menunjuk satu orang untuk mendampingi, hanya saja di bilik suara memang harus tetap dilakukan sendiri kecuali secara fisik dia memang tidak bisa (mencoblos)," tukasnya.
ADVERTISEMENT