Cerita Chilla, Berhasil Olah 700 Liter Minyak Jelantah Jadi Sabun Anti Bakteri

Konten Media Partner
19 Juli 2021 14:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chilla menunjukkan produk sabun padat dari minyak jelantah. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Chilla menunjukkan produk sabun padat dari minyak jelantah. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Selain memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh dan menimbulkan beragam penyakit berbahaya, ternyata limbah minyak jelantah juga dapat merusak lingkungan.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, satu liter minyak jelantah ternyata bisa mencemari 100 juta liter air. Bahkan limbah minyak jelantah yang dibuang di perairan, dapat merusak ekosistem dalam air.
Mengetahui akan bahaya tersebut, Shaqilla Calysta Shaki berinisiatif mengolah limbah minyak jelantah menjadi produk sabun padat dan sabun cair untuk mencuci tangan, hingga mencuci kain.
Kepada Basra, gadis yang akrab disapa Chilla ini bercerita jika masih banyak masyarakat yang belum mengetahui akan bahaya dari limbah minyak jelantah. Padahal jika dioalah dan dimanfaatkan dengan baik, limbah minyak jelantah bisa bernilai ekonomis.
"Kebanyakan masyarakat tidak tau kalau minyak jelantah tidak boleh dibuang karena bisa merusak ekosistem dalam air. Selain itu, kalau kita mengkonsumsi makanan yang diolah dengan minyak jelantah bisa berakibat buruk pada kesehatan kita dan menimbulkan penyakit seperti penyakit kanker, stroke hingga jantung," kata Chilla ketika ditemui Basra, Senin (19/7).
ADVERTISEMENT
Terkait produk yang dibuat, Chilla menuturkan jika sabun sangat relevan digunakan untuk mencuci tangan terlebih di masa pandemi COVID-19 saat ini. Pasalnya, mencuci tangan dengan sabun menjadi salah satu protokol kesehatan 6M yang wajib dilakukan.
"Awalnya Chilla mau bikin lilin aromaterapi gitu. Terus Chilla pikir lagi, sekarang lagi pandemi jadi Chilla memutuskan untuk bikin sabun saja karena lebih pas," tutur siswa yang duduk di bangku kelas 5 SDN Kaliasin 1 Surabaya ini.
Untuk proses pembuatan sabun cair dari limbah minyak jelantah, Chilla menjelaskan bahan yang dibutuhkan yakni 300 gr minyak jelantah yang sudah disaring dengan arang aktif, 65 gr KaOH yang sudah dilarutkan dengan air, pewangi, pewarna, 1.650 gr air, serta daun sirih atau binahong sebagai anti bakteri.
ADVERTISEMENT
Setelah bahan terkumpul, pertama masukkan KaOH yang sudah dilarutkan ke dalam minyak jelantah dan aduk hingga menjadi pasta. Selanjutnya, masukkan air rebusan daun sirih ke dalam adonan pasta minyak jelantah.
"Kalau sudah tercampur aduk lagi sampai tidak ada gumpalan. Lalu campurkan pewangi dan pewarna. Setelah semua tercampur baru dimasukkan ke dalam botol dan bisa digunakan," jelasnya.
Chilla mengungkapkan, jika sejak Februari 2021 ia telah berhasil mengumpulkan 700 liter limbah minyak jelantah dari warga. Limbah tersebut telah diolah dan menghasilkan 605 batang sabun padat, dan 743 liter sabun cair.
"Chilla dapat limbah minyak jelantah dari kampung adopsi, ada 11 RT, lalu dari tetangga, dan sentra wisata kuliner di Taman Prestasi, " ucap siswa 10 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Bahkan saat ini, Chilla sedang mengurus SIUP untuk produk sabun yang ia beri nama STMJ (Sabun Terkini Minyak Jelantah).
"Semoga lewat proyek ini, lingkungan ini bisa terkena dampak yang baik. Karena masalah lingkungan hidup adalah masalah kita bersama. Jadi hal kecil yang kita lakukan di sini pasti akan berdampak ke tempat lain juga," pungkasnya.
Diketahui, berkat inovasi tersebut Chilla berhasil menjadi finalis dalam seleksi Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2021 tingkat SD yang diadakan oleh Tunas Hijau.