Curhat Pelajar Berkebutuhan Khusus Saat Sekolah Daring: Capek Sering Merengek

Konten Media Partner
25 September 2020 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tegar Maulana Razzak, siswa kelas 4 SLB A YPAB Tegalsari Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Tegar Maulana Razzak, siswa kelas 4 SLB A YPAB Tegalsari Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan pemerintah selama pandemi berimbas kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka memiliki tantangan tersendiri selama mengikuti PJJ.
ADVERTISEMENT
Ini seperti yang dialami Tegar Maulana Razzak, siswa kelas 4 SLB A YPAB Tegalsari Surabaya. Agar dapat mengikuti PJJ, siswa penyandang tunanetra ini harus selalu didampingi sang ibu.
"Dia sekolah online mulai jam setengah delapan pagi sampai jam sebelas siang. Selama dia sekolah online ya harus saya dampingi," ujar Naning Anjarwati, ibunda Tegar, kepada Basra, Jumat (25/9).
Pendampingan itu, kata Naning, dilakukan agar materi yang disampaikan sang guru dapat diterima dengan baik oleh Tegar. Materi pelajaran biasanya disampaikan melalui pesan suara kepada Naning untuk disampaikan ke Tegar.
"Kalau lewat pesan suara bisa langsung ke Tegar, tapi kadang ada materi yang berupa teks tulisan. Nah itu yang saya bacakan ke Tegar," jelas Naning.
ADVERTISEMENT
Materi tersebut lantas dikerjakan Tegar dengan menyalin dalam tulisan braile. Banyaknya materi pelajaran yang harus dikerjakan tak jarang membuat Tegar kelelahan.
"Selama sekolah online dia sering dapat pekerjaan rumah, menyalin ke braile kan agak lama. Jadi dia sering merengek capek," imbuh Naning.
Melihat kondisi sang putra yang kerap mengeluh banyaknya tugas, membuat Naning harus melobi sang guru agar memberikan kelonggaran waktu.
"Alhamdulillah dikasih kelonggaran waktu. Jadi tugas hari ini bisa dikumpulkan maksimal jam 7 malam," tukas Naning.
Jika Naning lebih bisa meluangkan banyak waktu untuk mendampingi Tegar ketika sekolah online. Maka lain lagi cerita Anita Taurisyah Hariati. Ibunda si kembar penyandang tunanetra, Mohammad Akbar Nakula dan Mohammad Akbar Sadewa, mengaku tak bisa setiap saat mendampingi buah hatinya sekolah.
ADVERTISEMENT
"Saya kan harus kerja, meski juga dari rumah. Jadi kadang ya harus pontang panting bagi waktunya," keluh Anita.
Di tengah kondisi demikian, kata Anita, dirinya merasa bersyukur jam sekolah online Nakula Sadewa tak terlalu pagi dan keduanya diakui Anita cukup disiplin waktu. Setengah jam sebelum pelajaran dimulai, keduanya sudah bersiap.
"Karena masih kelas 1 jadi sekolah online nya juga tidak terlalu lama. Mulai jam 9 pagi sampai jam 11 siang," tukas Anita.
Meski disiplin waktu dan selalu antusias saat sekolah, Anita mengakui jika Nakula Sadewa kerap dilanda kebosanan. Apalagi jika tugas-tugas rumah yang diberikan sang guru terbilang banyak.
"Kalau sudah jenuh, mereka selalu merengek untuk tidak ikut sekolah. Saya disuruh bilang ke gurunya kalau mereka sakit jadi tidak bisa sekolah," kata Anita seraya tergelak.
ADVERTISEMENT
Jika sudah demikian, Anita pun harus memberikan pengertian ekstra kepada Nakula Sadewa. Bahkan embel-embel reward juga tak lupa diberikan Anita jika keduanya semangat sekolah.
"Rewardnya berupa minuman susu. Kalau sudah dibikinkan susu, mereka langsung semangat sekolahnya," ujarnya.
Baik Naning maupun Anita berharap kedepan pemerintah setidaknya bisa membuat kebijakan untuk kemajuan anak berkebutuhan khusus.
"Ya setidaknya ada kunjungan guru ke rumah, minimal seminggu sekali, tentunya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Agar anak-anak tidak jenuh kebanyakan tugas," tegas Anita.