Dalam Sehari, Kematian Pasien COVID-19 di Jatim Melonjak 89 Orang

Konten Media Partner
20 Januari 2021 7:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi COVID-19. Di Jatim, angka kematian pasien COVID-19 sangat tinggi. Foto: Pixabay 
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi COVID-19. Di Jatim, angka kematian pasien COVID-19 sangat tinggi. Foto: Pixabay 
ADVERTISEMENT
Angka kematian pasien COVID-19 di provinsi Jawa Timur (Jatim) melonjak tajam. Berdasarkan data Satgas COVID-19 Jatim, per Selasa (19/1), terjadi penambahan 89 orang yang meninggal karena COVID-19. Angka ini menjadi yang tertinggi selama sepekan terakhir.
ADVERTISEMENT
Magetan, Blitar, dan Jember menjadi tiga kabupaten yang menyumbang angka kematian tertinggi dengan masing-masing 10 orang, 9 orang, dan 8 orang.
Dengan bertambahnya 89 orang maka total jumlah meninggal karena COVID-19 di Jatim saat ini adalah 7.057 orang. Sedangkan penambahkan kasus baru di Jatim dilaporkan sebanyak 972 orang. Dengan tambahan tersebut, total kasus positif COVID-19 di Jatim saat ini sudah mencapai 101.197.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Jatim, dr Makhyan Jibril mengungkapkan, kasus kematian pasien COVID-19 ini banyak disertai komorbid (penyakit penyerta).
"Sekitar 91 persen kasus kematian disertai komorbid," ujarnya, (19/1).
Komorbid yang paling banyak menjadi penyerta kematian pasien COVID-19, lanjutnya, antara lain gagal ginjal, diabetes, hipertensi hingga jantung.
ADVERTISEMENT
Jumlah angka kematian kasus COVID-19 di Jatim tinggi juga di antaranya disebabkan oleh pasien yang terlambat masuk rumah sakit.
"Pada banyak kasus, pasien itu death on arrival. Telat masuk RS, dan ketika masuk RS kondisinya sudah memburuk," tukasnya.
Sementara itu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menekankan pentingnya donor plasma konvalasen yang perlu dilakukan penyintas COVID-19.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @Khofifah.ip, dia mengungkapkan pentingnya donor plasma konvalasen yang dapat menyelamatkan jiwa pasien COVID-19 lainnya. Plasma darah konvalasen hanya bisa diambil dari orang yang telah dinyatakan sembuh dari COVID-19 dan sangat dibutuhkan untuk pasien positif yang memiliki gejala berat atau kritis.
"Saat ini, kita butuh pendonor plasma konvalesen setidaknya lima kali lipat dari yang sudah berjalan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga dapat mengurangi risiko kematian di Jawa Timur dan Indonesia," tulis Khofifah, seperti dikutip Basra, Rabu (20/1).
ADVERTISEMENT